Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Singapura Perketat Kebijakan Moneter

Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneter untuk kedua kalinya tahun ini, didorong pertumbuhan ekonomi yang stabil terlepas dari memburuknya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Singapura/Istimewa
Singapura/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneter untuk kedua kalinya tahun ini, didorong pertumbuhan ekonomi yang stabil terlepas dari memburuknya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dalam pernyataan di laman resminya hari ini, Jumat (12/10/2018), Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS), menyatakan sedikit meningkatkan slope dari rentang pergerakan dolar Singapura.

Lebih dari separuh jumlah ekonom dalam survei Bloomberg telah memperkirakan langkah itu. Sebagai informasi, MAS menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan moneter utamanya alih-alih suku bunga.

Nilai tukar dolar Singapura pun menguat kurang dari 0,1% ke level 1,3758 terhadap dolar AS pada pukul 8.02 pagi ini waktu setempat.

Dipimpin oleh Federal Reserve AS, bank-bank sentral global bergerak menjauhi kebijakan ultra longgar dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh pertumbuhan yang solid dan lambatnya peningkatan inflasi.

Di Singapura, yang bergantung pada perdagangan, pertumbuhan terlihat bergerak moderat dari 3,6% pada tahun lalu, walaupun masih dalam laju yang sehat yakni 2,5% hingga 3,5%.

Sebuah laporan terpisah pada hari ini menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Singapura tumbuh 4,7% secara tahunan pada kuartal ketiga dari tiga bulan sebelumnya.

“Meski risiko ekonomi global telah meningkat akibat konflik perdagangan AS-China, tidak ada alasan untuk bereaksi berlebihan,” ujar Managing Director MAS Ravi Menon dalam sebuah wawancara pekan ini, seperti dilansir Bloomberg.

MAS diketahui mengelola kebijakan moneternya dengan mengendalikan nilai tukar dolar Singapura terhadap sekumpulan mata uang negara mitra dagang utamanya serta menyesuaikan laju naik maupun turunnya dengan terhadap mata uang negara-negara tersebut dengan mengubah slope, lebar, dan titik tengah kisaran rentang nilai tukarnya.

Sejumlah negara di kawasan Asia telah secara bertahap melancarkan langkah pengetatan tahun ini. Setelah Korea Selatan dan Malaysia, Indonesia dan Filipina telah menaikkan suku bunga secara agresif untuk menahan pelemahan mata uangnya.

Sementara itu, India telah menaikkan suku bunganya sebanyak dua kali sejak Juni, meski kemudian mempertahankannya pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper