Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Musim Dingin, IMF Dorong Negara Berkembang Tambah Kuota

Rapat International Monetary and Financial Committee dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018, Sabtu (13/10), menekankan agar negara berkembang menambah kuotanya.
Peserta saat mengikuti salah satu acara dalam rangkaian Pertemuan IMF  World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo
Peserta saat mengikuti salah satu acara dalam rangkaian Pertemuan IMF World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo

Bisnis.com, NUSA DUA--Rapat International Monetary and Financial Committee dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018, Sabtu (13/10), menekankan agar negara berkembang menambah kuotanya.

Hal ini dilakukan untuk memperkuat keterwakilan serta fasilitas negara berkembang di dalam IMF.

Juda Agung, Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mengatakan penambahan kuota ini telah dibicarakan sejak pertemuan IMF sebelumnya.

Penambahan kuota ini dibicarakan dalam general review of quota. Sejauh ini, IMF telah meninjau kuota keanggotaan negara-negara sebanyak 15 kali. Dengan adanya peninjauan ini, setoran keanggotaan negara-negara ke IMF akan meningkat.

Juda mengatakan IMF berharap emerging market atau negara berkembang seperti Indonesia, China, India dan Brazil yang masih rendah kuotanya untuk menambah kontribusinya. 

"Negara-negara yang emerging di IMF masih under representative, karena saham di IMF berdasarkan size of economies," kata Juda.

Dengan demikian, negara yang besar lah yang mempunyai saham yang lebih besar karena kontribusi lebih besar. 

"Oleh sebab itu, kita dorong supaya disesuaikan kepemilikan saham, kuotanya dinaikkan," tambah Juda. 

Naiknya saham negara berkembang akan menyeimbangkan kepemilikan saham yang dimiliki negara maju. Jika negara berkembang naik sahamnya, maka negara maju harus turun. 

Juda yang 13 Negara yakni 10 Negara Asia Tenggara, 2 Pacific serta Nepal di IMF menuturkan IMF adalah institusi dunia yang berbasis kuota (quota based institution). IMF berbeda dengan UN yang one country, one vote. 

Jika kuota ini ditambah, tentu saja menentukan saham, menentukan keputusan. "Ada berbagai keputusan yang memang harus diambil 85% suara," ujar Juda.

Tentu saja negara yang mempunyai suara yang lebih bisa menentukan keputusan itu. Apalagi kalau negara tersebut kolaborasi dengan yang lain.

Manfaat selanjutnya adalah akses pendanaan dan akses  keuangan IMF.
 
IMF memiliki berbagai jenis skema pembiayaan. Akses terhadap pembiayaan ditentukan oleh kuota masing-masing negara, misalnya maksimal 100%, 200%, 300% dan ada yang exceptional financial.

"Itu menentukan seberapa besar sebuah negara bisa pinjam dari IMF," tegas Juda. 

Selain itu, kuota akan berpengaruh pada kepegawaian IMF karena ini multinasional dengan member 189 negara, tentu saja pegawainya harus beragam. 

Negara yang memiliki banyak saham, banyak pula pegawainya di IMF. Perlu disadari, Juda menuturkan 
siapa yang kerja disitu akan menentukan pengambilan kebijakan-kebijakan yang diusulkan kepada IMF.

Penambahan kuota ini sebenarnya diperlukan IMF di tengah gonjangan dari ketidakpastian global yang telah menimbulkan krisis di Argentina dan Turki. 

"Kalau in case terjadi sebuah krisis global lagi, pasti banyak yang minta bantuan IMF. IMF sendiri harus memperkuat cadangannya," papar Juda.

Menurut Juda, rencana general review of quota ini akan diputuskan secepatnya dalam spring meeting tahun depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper