Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah cukup optimistis kinerja perekonomian tahun ini masih tetap terjaga meskipun dibayangi oleh rontoknya sejumlah indikator penopang perekonomian.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adriyanto mengatakan, berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah diharapkan segera berdampak pada kinerja perekonomian.
Dia juga menyanggah pendapat yang menyebut bahwa dosis kebijakan pengendalian impor belum bekerja secara optimal. Apalagi, menurutnya, sebagai sebuah kebijakan baru, masih memerlukan waktu supaya kebijakan tersebut bisa berdampak positif pada perekonomian.
"Kebijakannya diluncurkan September jadi untuk dampak keseluruhan masih terlalu dini untuk dinilai. Tapi kalau melihat trade, September mulai surplus, kita terus upayakan trade membaik ke depan," kata Adriyanto kepada Bisnis, Selasa (30/10/2018) .
Kendati demikian, dia mengakui bahwa proyeksi pada kuartal III/2018 tampaknya masih belum menunjukkan perbaikan. Defisit transaksi berjalan misalnya, diperkirakan melebihi 3%-3,5% dari produk domestik bruto (PDB). Sementara itu, investasi juga sama yakni menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Adapun Adriyanto menjelaskan, kondisi tersebut merupakan dampak kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan risiko perang dagang.
"Semua ini menciptakan ketidakpastian dalam perdagangan global. Maka sebagian investor masih menahan investasi ke emerging market," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel