Bisnis.com, JAKARTA -- Kebijakan pengendalian impor pemerintah diperkirakan baru akan terasa pada kuartal IV/2018. Pemerintah pun optimistis impor akan melambat pada kuartal IV/2018 dan target pertumbuhan ekonomi 2018 dapat tercapai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor pada kuartal III/2018 tumbuh 14,06% sedangkan ekspor hanya tumbuh 7,52%.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir membenarkan meningkatnya impor sampai dengan kuartal III/2018.
"Karena tingginya impor kita, maka pemerintah melakukan pengendalian impor yang baru dimulai pada September 2018 yang tentunya dampaknya baru dirasakan pada kuartal berikutnya," jelasnya kepada Bisnis, Senin (5/11/2018).
Iskandar menilai dampak perdagangan luar negeri tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi tidak begitu signifikan. Hal ini dilihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 yang sebesar 5,17%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 5,06%.
Menurutnya, motor utama pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi yang naik 5,01% serta investasi yang masih bisa dipertahankan tumbuh tinggi sebesar 6,96%. Iskandar menegaskan yang perlu menjadi perhatian adalah pertumbuhan ekspor yang tertekan perang dagang AS-China.
Dia optimistis target pertumbuhan ekonomi berupa outlook 2018 mencapai 5,2% dapat tercapai karena akumulasi pertumbuhan ekonomi selama tiga kuartal pertama 2018 telah mencapai 5,17%. Dengan bobot pertumbuhan yang lebih besar karena faktor musiman dari Natal, Tahun Baru, dan pengeluaran pemerintah bukan tidak mungkin target tersebut dapat tercapai.
"Jika hanya tumbuh 5,25% saja, kita bisa tumbuh 5,2%," sebut Iskandar.
Faktor pendorong lainnya adalah peningkatan investasi sebesar 6,96% pada kuartal III/2018, naiknya konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang akan bertumbuh karena Pileg dan Pilpres pada kuartal IV/2018, serta pertumbuhan ekonomi dari Annual Meeting IMF-World Bank Group 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel