Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Dagang Oktober Melebar, Indef Usul Dua Solusi Quick Win

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai bahwa saat ini terdapat dua solusi quick win yang bisa dilakukan pemerintah agar neraca dagang Indonesia tidak semakin melebar di masa mendatang.
Jakarta International Container Terminal (JICT) di Tanjung Priok, Jakarta/Reuters-Beawiharta
Jakarta International Container Terminal (JICT) di Tanjung Priok, Jakarta/Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai bahwa saat ini terdapat dua solusi quick win yang bisa dilakukan pemerintah agar neraca dagang Indonesia tidak semakin melebar di masa mendatang.

Pasalnya, seperti data Badan Pusat Statistik (BPS), yang dirilis Kamis (15/11) menyebutkan bahwa neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,82 miliar pada Oktober 2018 seiring dengan arus impor yang kembali meningkat.

"Solusinya pengendalian impor terhadap 10 barang terbesar lewat kenaikan bea masuk dan kebijakan anti dumping serta mengurangi pungutan ekspor untuk crude palm oil (CPO). Itu quick win," ujar Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, Kamis (15/11/2018).

Menurutnya guna menekan impor, dengan pengendalian impor 10 barang terbesar lewat kenaikan bea masuk dan kebijakan anti dumping. Contohnya seperti impor besi baja China yang terindikasi dumping dan merugikan produsen domestik.

Data The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) saat ini baja impor bisa lebih murah 20-30% dibanding baja lokal.

"Tidak ada opsi lain selain kenakan bea masuk antidumping yang proporsional," ujarnya.

Sedangkan untuk mendongkrak ekpor, lanjut Bhima, dengan mengurangi pungutan ekspor untuk CPO. Apalagi, minyak sawit penyumbang devisa non migas terbesar.

Selama ini besaran pungutan ekspor CPO mencapai sebesar US$50 untuk barang mentah dan US$30 untuk barang olahan.

Menurut Bhima, adanya hambatan bea masuk ke India menjadi persoalan yang membuat kinerja ekspor CPO tidak optimal. "Jika pungutan ekspor di turunkan 30% maka ekspor minyak sawit diestimasi naik 4,64%," tegasnya.

Bhima mengerat bahwa defisit melebar karena faktor ekspor barang mentah yang mengalami penurunan cukup dalam dibanding bulan sebelumnya, seperti timah -40.5%, bijih abu logam -42%, tembaga -25%, serta pulp and paper -25.7%, seiring dengan pelemahan permintaan di Korea, India dan Jepang.

Menurutnya ekpor elektronik ke negara-negara tersebut turun lantaran terimbas perang dagang shingga mengurangi permintaan barang dari Indonesia.

Sementara, lanjut dia, untuk impor membengkak, yang dipicu oleh kenaikan volume impor migas untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun seperti natal dan tahun baru 2019. Secara musiman dirinya menilai impor migas bisa terus membengkak hingga Desember.

Adapun pada sisi yang lain, lanjut dia, pada masa menjelang pemilu saat ini, pemerintah menggenjot realisasi belanja infrastruktur.

"Ini terlihat dari impor besi baja naik 48.7%, dan mesin/ peralatan listrik tumbuh 18.4%. Jadi bisa disimpulkan migas dan proyek infrastruktur berkontribusi terhadap defisit perdagangan," ujarnya.

Adapun seperti diketahui bahwa, Kamus (15/11/2018) BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,82 miliar pada Oktober 2018 seiring dengan arus impor yang kembali meningkat.

Nilai defisit disebabkan oleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$15,80 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar US$17,63 miliar.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengungkapkan defisit ini berasal dari defisit migas dengan defisit US$10,7 miliar dari Januari-Oktober.

"Jadi PR besar kita adalah bagaimana menurunkan defisit ini. Ke depannya, dia berharap ada kebijakan baru yang menyentuh pada neraca jasa tersebut," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper