Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China, Pasar Ekuitas Asia Lakukan Price In

Pasar ekuitas di Asia telah mengabaikan isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Di saat yang sama, perlambatan ekonomi negeri Tirai Bambu akan menciptakan tawar-menawar pada 2019.
Properti China/Bloomberg
Properti China/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Pasar ekuitas di Asia telah mengabaikan isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Di saat yang sama, perlambatan ekonomi negeri Tirai Bambu akan menciptakan tawar-menawar pada 2019.

Hal itu disampaikan Chief Investment Officer AIA Group Mark Konyn. Dia mengatakan harga minyak yang menurun memang meredakan tekanan di negara dengan pasar yang paling bergejolak, seperti India, Indonesia, dan Filipina. Sementara itu pelonggaran moneter China akan mencegah perlambatan yang lebih tajam.

“Pasar ekuitas di negara-negara Asia akan menciptakan kesempatan akibat volatilitas yang terjadi. Apakah ini akan segera berakhir? Pasar telah banyak mengabaikan berita buruk yang sekarang kita hadapi,” kata Konyn dikutip Reuters, Sabtu (17/11/2018).

Dia memprediksi akan terjadi perubahan pendapatan pada tahun depan, tetapi pasar sejatinya telah melakukan penyesuaian (price in).

Pengetatan pada industri finansial di China tidak akan berimbas kepada kredit, meskipun tetap akan mengakibatkan tekanan. Khususnya, risiko pada sektor properti.

Para developer properti di China memiliki US$33,4 miliar obligasi yang jatuh tempo pada kuartal I/2019, menurut data Refinitiv. Sekitar US$5 miliar adalah dana offshore, sisanya adalah obligasi berbasis yuan.

Penjualan obligasi China Evergrande Group senilai US$1,8 miliar pada bulan ini telah membuat khawatir pasar obligasi berbasis dolar di Asia. Obligasi dengan kupon dua digit itu menimbulkan keraguan pesaingnya dalam melakukan pendanaan.

“Beberapa perusahaan akan mengalami situasi yang sulit,” katanya.

Di sisi lain infrastruktur investasi yang tengah tumbuh di China memberikan harapan bagi industri lokal, seperti industri baja.

Dengan melihat kondisi demikian, AIA akan lebih banyak melakukan transaksi swasta, baik fixed income maupun ekuitas karena kondisi moneter yang lebih ketat secara global. Dia menyebutkan kondisi ini lebih menguntungkan bagi investor daripada perusahaan.

Pada 2019, alokasi aset AIA akan lebih global dan salah satu sektor yang potensial adalah teknologi. “Sektor teknologi sepertinya mendekati titik di mana pasar telah mengabaikan nilai masa depan dari waralaba ini, ke titik di mana kami telah melihat koreksi luar biasa di banyak nama tersebut,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper