Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taspen Prediksi Catatkan Laba Rp700 Miliar Hingga 2018 Berakhir

PT Taspen atau Tabungan dan Asuransi Pensiun memperkirakan hingga 2018 berakhir, perseroan hanya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp700 miliar sesuai target yang ditetapkan. Angka ini stagnan dibandingkan dengan pencapaian laba bersih akhir tahun 2017.
Direktur Utama PT Taspen Iqbal Latanro memberikan kata sambutan sebelum menerima sertifikat eksisting ISO 9001:2015 dari PT Tuv Nord Indonesia di Jakarta, Selasa (17/4/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Direktur Utama PT Taspen Iqbal Latanro memberikan kata sambutan sebelum menerima sertifikat eksisting ISO 9001:2015 dari PT Tuv Nord Indonesia di Jakarta, Selasa (17/4/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – PT Taspen atau Tabungan dan Asuransi Pensiun memperkirakan hingga 2018 berakhir, perseroan hanya mampu membukukan laba bersih sebesar Rp700 miliar sesuai target yang ditetapkan. Angka ini stagnan dibandingkan dengan pencapaian laba bersih akhir tahun 2017.

Meski mencapai target, perusahaan milik BUMN itu mengaku kondisi perkonomian global mempengaruhi pendapatan perseroan.

Direktur Utama PT TASPEN (persero) Iqbal Latanro mengatakan kondisi ini ekonomi global tahun ini membuat pencapaian Taspen melandai.

Selain itu, portofolio investasi PT Taspen yang 70% dialokasikan pada surat utang negara, menurutnya, turut ambil andil dalam perlambatan perolehan laba, karena sifat surat utang negara yang sensitif terhadap pasar.

“Tahun 2018 ekonomi global kan agak repot karena ekonomi kita market kita kan sangat dipengaruhi oleh pasar,” kata Iqbal di Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Iqbal memperkirakan kondisi global yang tidak menentu ini akan tetap berlangsung hingga tahun depan. Oleh karena itu, pada 2019, Iqbal memasang target stagnan untuk pertumbuhan laba bersih.

Adapun untuk menghadapi tantangan tahun depan, lanjutnya, perseroan akan mengefisiensikan biaya operasional dan memperbaiki risk management.

“Kami terkenal sangat efisien, biaya operasional kami sangat kecil hanya sebesar Rp500 miliar per tahun. Jadi tidak terlalu pengaruh,” kata Iqbal. 

 Mengenai polemik lialibility Rp222 triliun yang sempat dikritisi anggota DPR, Iqbal mengatakan jika biaya tersebut untuk cadangan jaminan hari tua (JHT) bukan hutang pada pihak ketiga.

 Iqbal mengaku tidak tahu terkait cadangan jaminan hari tua (JHT) yang dimasukan ke dalam lialibility atau komponen hutang yang harus dilunasi.

 Iqbal mengatakan setiap tahunnya terdapat 120 ribu peserta JHT yang mencairkan tabungan hari tua (THT) adapun jumlah peserta tabungan pensiun saat ini yakni 4,6 juta peserta aktif dan 2-3 juta peserta pensiun.  

“Kalau orang pensiun maka kita harus membayarkan THT-nya. Untuk itu kami mencadangkan supaya waktu ada yang pensiun kami langsung mengkredit dari cadangan,” kata Iqbal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper