Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Babak Baru BTN Memburu Perusahaan Manajemen Investasi

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah gagal menyelesaikan akuisisi perusahaan manajemen investasi pada tahun lalu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menargetkan dapat merealisasikannya pada akhir 2019. Semangat baru di tahun baru untuk mengakhiri sebuah cerita lama.
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk  (BTN), di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Setelah gagal menyelesaikan akuisisi perusahaan manajemen investasi pada tahun lalu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menargetkan dapat merealisasikannya pada akhir 2019. Semangat baru di tahun baru untuk mengakhiri sebuah cerita lama.

PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNM-IM), anak usaha PT Permodalan Nasional Madani (Persero) berada dalam urutan terdepan calon perusahaan yang akan diakuisi. Perseroan membenarkan pendekatan yang dilakukan BTN sudah dimulai sekitar Agustus 2017.

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan bahwa kedua belah pihak akan memulai kembali pembicaraan mengenai rencana yang tertunda itu pada awal tahun ini. Dia mengatakan rencana tersebut akan dilakukan pada pekan ini

“Ini saya sudah janji mau ketemu. Awal tahun baru, kami ngobrol dengan Pak Mar,” katanya kepada Bisnis, (Rabu (2/1/2019).

Pak Mar yang dimaksud oleh Arief tak lain adalah Maryono, Direktur Utama BTN. Meski tidak pernah secara langsung mengkonfirmasi pendekatan BTN terhadap PNM, belum lama ini Maryono mengatakan bahwa proses akuisisi masih terganjal masalah harga.

“Sudah jalan, tinggal kita melakukan suatu negosiasi. Dalam hal masalah pricing, masalah teknis, dan sebagainya, tapi masih tetap jadi. Kami usahakan untuk dikejar,” katanya.

Berbeda dengan Maryono, Arief menyatakan bahwa terganjalnya proses akuisisi sejauh ini tidak semata-mata disebabkan oleh harga, melainkan lebih bersifat fundamental dan memiliki dampak besar pada masa mendatang.

Menurut Arief, kedua belah pihak sedang membahas secara intensif mengenai kemungkinan kolaborasi bisnis apabila aksi korporasi tersebut sudah terjadi. Pembahasan ini menjadi serius karena BTN dan PNM-IM memiliki core business yang berbeda.

PNM-IM, lanjutnya, memiliki fokus pada bisnis jasa investasi yang mendorong pengembangan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Sementara itu, BTN merupakan bank yang berfokus pada penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR).

“Nah itu yang kami sedang duduk bareng, bagaimana kami bisa membuat satu formula yang sama-sama efektif. Di satu sisi PNM-IM perlu kita besarkan, tapi satu sisi, masing-masing visi yang dibawa bisa terakomodasi dengan baik,” jelasnya.

Dia mengatakan, pembahasan yang dilakukan saat ini juga belum menemukan titik terang dalam proporsi dan nilai akuisisi. Namun dia memastikan bahwa PNM tetap akan menjadi pemegang saham mayoritas.

“Jumlahnya kan enggak signifikan, kalau jual cuma berapa persen kan tidak signifikan, kami ini makanya mau duduk nih, supaya fairtadi, kepentingan penyertaan modal kan harus bisa mengakomodasi tujuannya si pemilik modal,” katanya.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Strategi, Risiko, dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso mengisyaratkan bahwa PNM bukanlah satu-satunya incaran perseroan. Dia juga memastikan, belum ada ikatan apapun di antara BTN dengan PNM.

“Bisa yang lain lagi, itu masih nego semua. Saya belum bisa mengatakan iya atau tidak, belum tentu lho ya, belum ada ikatan apapun,” katanya kepada Bisnis, Rabu (2/1/2019).

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa target akuisisi bisa saja berasal dari perusahaan swasta, tidak mesti harus dari sesama perusahaan milik negara. Mahelan menuturkan, BTN juga masih mengupayakan akuisisi dengan skema lain.

“Belum tentu juga PNM-IM, banyak juga calon lain kok. Ya masih, kami mencari lah, mencari lagi. [Jika swasta] skemanya kami dominan, kami joint venture tapi kami dominan,” ujarnya.

Dia mengatakan bahwa perseroan menargetkan rencana akuisisi ini dapat dirampungkan pada tahun ini. Hal itu sejalan dengan rencana pembentukan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) yang juga direncanakan selesai pada 2019.

Mahelan menjelaskan, bagi BTN, akuisisi ini tak lain merupakan prasyarat untuk terlibat dalam BP Tapera. Dalam payung BP Tapera, bank harus berstatus sebagai bank kustodian atau memiliki perusahaan manajemen investasi untuk terlibat dalam pengelolaan dana Tapera.

“Tapera muncul sebagai satu aksi nasional yang dilakukan untuk membantu pembangunan perumahan, maka bank itu dikasih dua pilihan, mau jadi custody atau menjadi manajemen investasi, dari pilihan itu, BTN memilih manajemen investasi,” jelasnya.

Payung hukum yang sama, membuat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga mengakuisisi anak usaha manajemen investasi pada September tahun lalu. Bank wong cilik kini memiliki 35% saham PT Danareksa Investment Management (DIM).

Sebelum aksi BRI tersebut diumumkan, santer dikabarkan bahwa BTN yang akan mengakuisisi DIM. Namun, tampaknya BTN kecolongan dengan harus merelakan DIM berpaling ke pelukan BRI. Kini, PNM-IM, menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia di antara sesama perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Selain DIM dan PNM-IM, memang masih ada nama PT PT Bahana TCW Investment Management. Namun, sebagian kepemilikan perusahaan tersebut sudah menjadi milik asing, yakni Trust Company of the West (TCW) yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat.

Dihubungi sebelumnya, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN, Gatot Trihargo mengatakan bahwa pihak kementrian tidak memberikan instruksi khusus terkait akuisisi BTN—PNM-IM.

Dia juga mengatakan bahwa tak kunjung selesainya proses akuisisi tersebut bukan disebabkan oleh permasalah harga. Seperti kata Arief, Kementrian BUMN mengharapkan akuisisi tersebut dapat memajukan kedua belah pihak.

“Yang penting bukan soal harga, tapi misalnya dalam 5 tahun ke depan apa benefit yang akan didapatkan sehingga value-nya akan naik, untuk keduanya. Kalau mau stand alone seperti apa, kalau tidak seperti apa,” jelasnya kepada Bisnis.

Dia juga mengatakan bahwa pembentukan holding jasa keuangan BUMN yang ditargetkan rampung sebelum semester I/2019 berakhir tidak menjadi penghambat proses akuisisi. Menurutnya, baik pembentukan holding maupun rencana akuisisi masing-masing bank BUMN, dapat berjalan beriringan.

“Proses itu sambil berjalan, kan dia [BTN] belum punya yang seperti itu [manajemen investasi]. Sama saja, jadi nanti kalau sudah seperti itu yang lainnya tinggal kami atur lagi anak-anaknya itu. Kita rapihkan,” tuturnya.

Pemerintah rencananya akan menjadikan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) ke dalam satu holding perbankan dan jasa keuangan, dengan PT Danareksa (Persero) sebagai induk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper