Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komposisi Bank Konvensional, BUKU II Berkurang, BUKU III Bertambah

Sepanjang 2018, hingga November, jumlah bank umum kelompok usaha (BUKU) konvensional II dan III berubah. Setidaknya ada dua bank bermodal inti Rp1 triliun hingga Rp5 triliun yang melakukan aksi korporasi.
Ilustrasi/www.udku.com.au
Ilustrasi/www.udku.com.au

Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang 2018, hingga November, jumlah bank umum kelompok usaha (BUKU) konvensional II dan III berubah. Setidaknya ada dua bank bermodal inti Rp1 triliun hingga Rp5 triliun yang melakukan aksi korporasi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah BUKU II pada Januari 2018 sebanyak 54 bank. Satu bulan setelahnya berkurang menjadi 53 bank. Pada periode yang sama jumlah BUKU III bergerak naik dari 25 bank menjadi 26 bank. 

Kemudian akhir kuartal III/2018 jumlah bank kecil dan menengah ini kembali ada pergerakan. Pada Agustus jumlah BUKU II tercatat 53 bank, sedangkan BUKU III 26 bank. Satu bulan berikutnya BUKU II menjadi 51 bank dan BUKU III menjadi 27 bank.

Direktur Group Risiko dan Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan bank adalah industri padat modal. Sebab itu butuh suntikan modal baru untuk dapat melakukan ekspansi.

Dia pun mendorong agar bank bermodal inti kurang dari Rp30 triliun untuk terus menambah tebal permodalan. “Bicara modal bicara uang. Artinya harus ada calon investor yang tertarik,” katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Adapun berkurangnya jumlah BUKU II konvensional bukan hanya karena ada suntikan modal baru. Satu bank pembangunan daerah (BPD) yang sebelumnya tergolong sebagai BUKU II konvensional bertransformasi menjadi bank syariah. PT Bank NTB resmi berubah menjadi bank syariah pada akhir kuartal III/2018.

Sebelumnya Direktur Utama Bank NTB Syariah Kukuh Rahardjo mengatakan transformasi ini merupakan satu bentuk upaya menuju pertbumuhan bisnis ke arah yang lebih baik. 

Proses konversi menjadi bank Syariah telah melalui diskusi panjang sejak 2016. Perseroan berharap hal tersebut menjadi momentum dari perusahaan untuk memberikan kemaslahan yang lebih besar kepada masyarakat. 

Berdasarkan laporan publikasi fungsi intermediasi Bank NTB Syariah membaik pasca transformasi. Sebelumnya pada akhir 2017 penyaluran kredit perusahaan turun 6,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp4,3 triliun. Per akhir 2018, penyaluran pembiayaan NTB Syariah tumbuh 11,6% yoy menjadi Rp4,8 triliun.

Akan tetapi laba bersih setelah pajak turun semakin dalam. Pada 2017, Bank NTB membukukan pendapatan setelah pajak sebesar Rp181,9 miliar, turun 20,3% yoy. Tahun lalu laba setelah pajak turun 79,2% menjadi Rp37,9 miliar. 

Sementara itu PT Bank BNP Paribas Indonesia keluar dari BUKU II dengan menambah tebal permodalan. Mengutip laporan publikasi perseroan, modal inti per triwulan kedua sebesar Rp2,34 triliun. Laporan publikasi triwulan berikutnya modal inti naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp5,27 triliun. 

Satu kontributor dalam komponen modal tersebut adalah modal disetor. Tercatat modal disetor per kuartal III/2018 senilai Rp3,85 triliun. 

Bisnis mencoba menghubungi kantor pusat BNP Paribas Indonesia. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada respons dari panggilan tersebut. 

BNP Paribas Indonesia hadir di Tanah Air sejak 1970. Saat ini menjadi satu-satunya bank asal Prancis yang memiliki lisensi sebagai perusahaan subsidiary. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper