Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mega Raup Laba Rp1,59 Triliun pada 2018

PT Bank Mega Tbk atau Bank Mega mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,59 triliun sepanjang 2018.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib meninjau Program Mega Berbagi  di SMK Puri Wisata Pancasari, Singaraja Bali, Selasa (9/10/2018). /Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib meninjau Program Mega Berbagi di SMK Puri Wisata Pancasari, Singaraja Bali, Selasa (9/10/2018). /Bisnis-Ni Putu Eka Wiratmini

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mega Tbk atau Bank Mega mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,59 triliun sepanjang 2018. Jumlah ini meningkat 23,02% dari Rp 1,3 triliun pada 2017 lalu.

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, peningkatan laba bersih ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 5,93% dari Rp 6,39 triliun pada Desember 2017 menjadi Rp 6,77 triliun pada Desember 2018 yang disebabkan adanya pertumbuhan kredit.

"Peningkatan laba juga disebabkan adanya penurunan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aktiva Produktif (CKPN) sebesar Rp481 miliar atau turun 57% dibandingkan biaya CKPN tahun 2017," kata Kostaman seusai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Auditorium Bank Mega, Kamis (28/2/2019).

Sementara itu, aset Bank Mega tumbuh 1,78% menjadi Rp83,76 triliun pada akhir Desember 2018, dibandingkan dengan Rp82,30 triliun pada 2017.

Kredit Bank Mega tumbuh 19,96% menjadi Rp42,25 triliun dari Rp35,22 triliun pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari rata-rata industri perbankan nasional sebesar 11,75%.

Peningkatan kredit yang tinggi tersebut juga diikuti oleh kualitas kredit yang membaik. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross Bank Mega tercatat menjadi 1,60% dari sebelumnya sebesar 2,01%. Sedangkan NPL Net tercatat menjadi 1,27% dari sebelumnya sebesar 1,41%. 

Dana pihak ketiga relatif stabil atau mengalami sedikit penurunan sebesar 0,89% menjadi Rp60,73 triliun pada Desember 2018 dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp61,28 triliun. 

Menurut Kostaman, hal ini disebabkan oleh strategi Bank Mega yang senantiasa menyelaraskan pertumbuhan dana pihak ketiga dengan pertumbuhan kredit yang diberikan, dengan tetap memperhatikan likuiditas. 

Selain itu, lanjutnya, Bank Mega juga berusaha menjaga cost of fund dana pihak ketiga dengan meningkatkan dana murah dan berusaha menjaga suku bunga deposito. Atas posisi kredit dan dana pihak ketiga ini, rasio LDR meningkat menjadi sebesar 67,23% dari posisi 2017 sebesar 56,47%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper