Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rabobank Tutup, Alarm Soal Ketimpangan Sektor Perbankan?

Penghentian operasional Rabobank Indonesia pada April 2019 dinilai patut menjadi perhatian bagi regulator terkait kesehatan sektor industri perbankan.
Aktivitas karyawati Rabobank di kantor Makassar, Sulsel, Senin (31/10/2011)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Aktivitas karyawati Rabobank di kantor Makassar, Sulsel, Senin (31/10/2011)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Penghentian operasional Rabobank Indonesia pada April 2019 dinilai patut menjadi perhatian bagi regulator terkait kesehatan sektor industri perbankan.

Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah mengatakan berhentinya operasional Bank Rabobank di Tanah Air seharusnya menjadi bahan kajian penting semua regulator mulai dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) hingga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Menurutnya, merosotnya kinerja Bank Rabobank yang terjadi sejak 2015 juga diperburuk oleh tantangan di sisi likuiditas di mana penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perseroan tercatat di bawah penyaluran kredit seperti yang tampak pada laporan akhir 2017 dan September 2018.d

“Hal ini setidaknya merupakan warning terkait segmentasi atau bahkan ketimpangan persaingan perbankan di Indonesia. Apa yang terjadi di Bank Rabobank besar kemungkinan dialami juga oleh bank-bank lain khususnya di BUKU I, II, dan juga BUKU III,” kata Piter kepada Bisnis, Kamis (2/5/2019).

Lebih lanjut, Piter mengatakan diperlukan upaya yang lebih serius dari regulator untuk menyehatkan persaingan perbankan antarBUKU.

Rabobank yang merugi ini agak kontradiktif dengan kinerja perbankan secara umum yang terus mencatatkan pertumbuhan positif, baik dari sisi laba, aset, serta penyaluran kredit.

Akan tetapi, lanjut Piter, kasus tersebut justru mengingatkan bahwa kondisi perbankan di Tanah Air sangat tersegmentasi, di mana ada perbedaan signifikan antara bank BUKU IV dengan BUKU III, II dan I khususnya lagi dengan bank-bank kecil BUKU I dan II.

Kinerja sektor perbankan tampak bagus lantaran lebih dari 80% didominasi bank bermodal besar yang menunjukkan kinerja sangat baik dalam beberapa tahun terakhir sehingga menutup semua permasalahan yang ada pada bank-bank cilik.

“Sehingga kita tidak cukup aware kalau ada permasalahan di beberapa bank khususnya bank kecil, termasuk yang terjadi di Bank Rabobank. Berhentinya operasi Rabobank saya kira mengindikasikan semakin ketat dan tidak berimbangnya persaingan perbankan di Indonesia,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kecenderungan penurunan return on equity (ROE) perbankan dapat menjadi penyebab para pemilik modal bank berhenti berbisnis, khususnya untuk bank-bank yang memiliki cost of capital yang tinggi. Akan tetapi, dalam kasus ini, menurut Piter, seharusnya Rabobank bisa bertahan mengingat bank asing biasanya memiliki cost of capital yang lebih rendah.

“Alternatifnya ROE menurun disebabkan makin ketat dan tidak berimbangnya persaingan di bisnis perbankan di Indonesia. Maraknya fintech ikut menambah ketatnya persaingan sebab bank yang memiliki basis nasabah besar seperti BUKU IV akan lebih berpeluang memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan keuntungan yang semakin besar dari pendapatan fee dibandingkan bank kecil,” paparnya.

Sebagai informasi, Rabobank yang mulai berekspansi ke Indonesia pada 1990 lewat PT Bank Rabobank International Indonesia merupakan anak usaha dari Rabobank Group yang berpusat di Utrecht, Belanda. Rabobank berfokus dalam penyaluran kredit di sektor pangan dan agribisnis.

Rabobank mengumumkan penutupan operasional lewat surat kepada para nasabahnya pada pekan terakhir April 2019. Keputusan

“Dengan berat hati kami sampaikan bahwa pemegang saham pengendali telah memutuskan untuk menghentikan operasional Rabobank Indonesia. Keputusan itu merupakan keputusan yang sulit namun merupakan bagian utama dari strategi global Rabobank Group terkait visi Banking For Food yang terfokus kepada rantai pasok internasional untuk sektor pangan dan agrikultur,” demikian dicuplik Bisnis dari isi surat yang bertanggal 22 April tersebut.

Keputusan Pemegang Saham

Dalam surat tersebut , manajemen perseroan juga menyatakan berkomitmen untuk menjalankan keputusan dari seluruh pemegang saham sebaik mungkin dan memastikan proses pengembalian izin perbankan dan izin usaha kepada otoritas terkait berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan berlaku.

“Penghentian operasional Rabobank Indonesia akan dilakukan secara bertahap. Sebagai tahap pertama, kantor cabang tempat bapak/ibu tercatat sebagai nasabah Rabobank Indonesia akan tutup. Saat ini permohonan izin penutupan kantor cabang sudah kami sampaikan kepada OJK.”

Mengutip laporan keuangannya, bank BUKU II ini mulai memburuk sejak akhir 2015 akibat pengaruh tantangan ekonomi global. Perseroan membukukan kerugian Rp717,03 miliar disertai lonjakan kredit bermasalah dengan rasio nonperforming loan (NPL) gross sebesar 8,41% dari sebelumnya 3,45% pada akhir 2014.

Sejak periode itu sampai 2018 lalu, kinerja perseroan naik turun. Dalam laporan keuangan terakhir yang ada di situs resmi perseroan yakni per September 2018, Rabobank membukukan kerugian senilai Rp132,21 miliar.

Rabobank mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13,23% secara year to date (YtD) menjadi Rp9,43 triliun dibandingkan akhir 2017. Adapun rasio NPL gross naik menjadi 3,58% dari sebelumnya 2,86% pada September 2017. Sementara itu, dari sisi penghimpunan DPK, terjadi penurunan sebesar 6,17% (YtD) dibandingkan akhir 2017.

OJK menyampaikan telah mengetahui perihal hengkangnya bank asal Eropa itu. Namun, menurut Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot OJK masih menunggu laporan dari Rabobank terkait rencana penutupan operasional serta langkah-langkah pemenuhan kewajiban kepada nasabah dan pihak terkait.

“Ini terkait wacana konsolidasi isnisnya ke Singapura. Sebagai regulator, jika wacana dijalankan , kami akan memastikan bahwa seluruh hak dan kewajiban kepada pihak terkait akan terjaga dan terlindungi dengan baik. Kemudian agar pihak Bank untuk segera melaporkan rencana tersebut ke kami,” kata Sekar saat dihubungi Bisnis, Selasa (30/4/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Rahayuningsih
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper