Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uang Elektronik Makin Populer, Tapi Kebutuhan Terhadap Uang Tunai Masih Tinggi  

Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) menilai permintaan uang tunai sepanjang periode Idulfitri 2019 masih akan naik. Popularitas uang elektronik belum mampu menekan kebutuhan uang kartal.
Warga antre menukarkan uang baru dari mobil penukaran uang Bank Indonesia, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Oky Lukmansyah
Warga antre menukarkan uang baru dari mobil penukaran uang Bank Indonesia, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Komite II Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Budiman Tanjung menilai permintaan uang tunai sepanjang periode Idulfitri 2019 masih akan naik. Popularitas uang elektronik belum mampu menekan kebutuhan uang kartal.

“Transaksi nontunai masih belum bisa meliputi seluruh kebutuhan tunai. Kebutuhan uang tunai masih besar,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/5/2019).

Budiman melanjutkan bahwa uang elektronik beberapa waktu terakhir tercatat tumbuh pesat. Berdasarkan data Bank Indonesia, per April 2019, nilai transaksi uang elektronik naik 218,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi Rp10,67 triliun.

Kinerja itu melanjutkan tren positif sejak uang elektronik pertama kali diperkenalkan. Pada tahun lalu transaksi uang elektronik mencapai pertumbuhan tertinggi sejak 5 tahun terakhir.

Nilai transaksi uang elektronik menutup 2018 dengan kenaikan sebesar 281,4% yoy, menjadi Rp47,19 triliun.

Sebelumnya pertumbuhan selalu mencapai dua digit. Secara berurutan sejak 2013—2017, nilai transaksi uang elektronik naik 47,5% yoy, 14,2% yoy, 59,1% yoy, 33,7% yoy, dan 75,2% yoy.

Hal tersebut diikuti oleh jumlah uang elektronik beredar yang naik 73,4% yoy menjadi 197,41 juta per April 2019. Selama tiga tahun terakhir, jumlah uang elektronik tercatat berakselerasi. Secara berurutan sejak 2016—2018, penerbitan uang elektronik tumbuh 49,2% yoy, 75,8% yoy, dan 85,8% yoy.

Sebelumnya Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan bahwa tren positif gerakan nontunai tetap diikuti oleh kenaikan kebutuhan uang tunai selama periode Idulfitri. Bank sentral mencatat kebutuhan uang pecahan kecil (UPK) tahun ini tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Secara rata-rata kenaikan UPK berkisar 13,3%, sedangkan tahun ini naik 13,5%.

Rosmaya meniali hal tersebut menunjukkan kecenderunganan masyarakat dalam menggunakan uang tunai selama periode lebaran semakin besar.

"Meskipun kebutuhan uang elektronik naik, tetapi kebutuhan uang tunainya juga naik," katanya.

Adapun, Rosmaya memaparkan BI menyiapkan UPK sebesar Rp217,1 triliun. Permintaan penukaran UPK, akan semakin tinggi mendekati hari-hari terakhir, yakni pekan keempat bulan ini.

Rosmaya melanjutkan, UPK dibagi sesuai dengan kebutuhan di daerah masing-masing, dan setiap bank di daerah tersebut mendapat porsi sesuai dengan proyeksi yang mereka ajukan sebelumnya. Kebutuhan UPK di Jawa non-Jabodetabek mencapai Rp84 triliun, Jabodetabek Rp51,5 triliun, Sumatra Rp41,2 triliun, dan kawasan timur Indonesia Rp40,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper