Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukopin Tunggu Lampu Hijau Garap Transaksi di Gerbang Tol

PT Bank Bukopin Tbk. menyatakan siap mengembangkan near field communication (NFC) untuk mempercepat transaksi pembayaran di gerbang tol.
Karyawan melayani nasabah Bank Bukopin di Jakarta, Rabu (8/11)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan melayani nasabah Bank Bukopin di Jakarta, Rabu (8/11)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Bukopin Tbk. menyatakan siap mengembangkan near field communication (NFC) untuk mempercepat transaksi pembayaran di gerbang tol. Namun, perseroan masih menunggu pemerintah dan bank-bank BUMN untuk membuka akses bagi bank lain untuk ikut serta. 

"Seandainya akses untuk pengembangan NFC di gerbang tol dibuka, kami juga bisa ikut serta. Kami bisa ikut patungan," kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi Bank Bukopin Adhi Brahmantya, Selasa (11/6/2019). 

Dia menjelaskan, pengembangan NFC untuk mempercepat di gerbang tol sangat memungkinkan bagi bank-bank papan tengah. Terlebih bagi bank yang telah memiliki aplikasi yang mumpuni.  

Pasalnya, investasi untuk satu mesin pembaca atau reader di setiap pintu tol hanya Rp2 juta hingga Rp3 juta per unit. Mesin ini juga bisa membaca setiap issuer, asalkan diizinkan. 

Dengan demikian, pelaku industri perbankan bisa membeli mesin reader tersebut secara bersama. 

Permasalahan hanya terdapat pada pembelian mesin kecil tambahan on board unit (OBU) yang ditempatkan pada setiap mobil nasabah, yang harganya berkisar Rp500.000 per unit. 

"Nah kalau untuk ini tinggal didiskusikan dengan pemerintah, bagaimana perundingan nanti," ucapnya. 

Adhi melanjutkan, pelaku industri perbankan yang saat ini menggarap transaksi pembayaran di gerbang tol hanya bank-bank pelat merah dan satu bank swasta yakni PT Bank Central Asia Tbk. 

Sementara itu, bank-bank kecil lain belum bisa masuk ke pasar tersebut karena besarnya biaya untuk investasi mesin electronic data capture (EDC) di gerbang tol, di tambah dengan  biaya pengadaan kartu serta peningkatan jumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) atau saluran pengisian ulang (top up) lainnya. 

"Iya kalau kami masuk ke segmen itu, terlalu besar investasinya, sedangkan pendapatan yang didapat tidak begitu," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper