Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iklim Investasi Bisa Mendukung Tren Positif

Iklim investasi di Indonesia dinilai masih mampu memberikan imbal hasil positif kepada investor pada semester II/2019.
Ilustrasi asuransi/dreamstime.com
Ilustrasi asuransi/dreamstime.com

Bisnis.com, JAKARTA  -- Iklim investasi di Indonesia dinilai masih mampu memberikan imbal hasil positif kepada investor pada semester II/2019.

Sejumlah instrumen, seperti surat berharga negara (SBN), saham, dan surat utang korporasi dinilai bisa menjadi pilihan yang tepat bagi investor dalam meraih hasil invetasi positif.

Kendati begitu, kondisi global, terutama terkait dinamika perang dagang yang belum juga jelas penyelesaiannya, dinilai menjadi faktor dominan yang bisa memengaruhi iklim invetasi tersebut.

Suria Dharma, Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, menilai pasar modal Indonesia masih menjadi pilihan terbaik bagi investor. Setelah mengalami penurunan pada tahun lalu, jelas dia, pasar modal berangsur-angsur dalam tren peningkatan hingga saat ini.

“Dalam 10 tahun terakhir, [pasar modal] Indonesia itu no 2 terbaik. Tahun ini waktu pemilihan presiden, performannya sempat terburuk, hanya di atas Malaysia, padahal PDB tumbuh di atas 5%. Itu yang membuat, setelah peristiwa itu, reboundsignifikan,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (14/6/2019).

Pada semester II/2019, sambung Suria, The Federela Reserve diperkirakan bakal menurunkan suku bunga dalam 2 atau 3 kali. Langkah itu bisa diikuti oleh otoritas moneter Indonesia.

Dengan begitu, jelasnya, penurunan suku bunga bakal memengaruhi sejumlah instrumen, terutama SBN. “Suku bunga turun, yield SBN bakal turun, dan harganya naik. Saham, yang sensitif terkait suku bunga, misalnya terkait dengan bank, properti dan juga inftastruktur.”

Suria menjelaskan adanya hasil penilaian lembaga pemeringkat Standar & Poor’s (S&P) yang baru menjadi sentimen positif bagi investasi Indonesia. Hal itu, jelasnya, tidak diduga oleh pasar.

Kendati begitu, dia mengakui masih ada sentimen global yang bisa memengaruhi kinerja pasar, yakni perang dagang AS -China yang bisa berkepanjangan. Kondisi ini, jelasnya, bisa menghadirkan tantangan bagi Indonesia terutama karena dampaknya pada defisit neraca perdagangan.

Hal itu pada akhirnya bisa memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah.

Terpisah, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Madiri, juga mengakui dampak perang dagang itu masih menghantui iklim invetasi Indonesia.

Di luar itu, jelasnya, wacana otoritas moneter untuk menurunkan suku bunga mengikuti rencana The Fed di tengah inlflasi yang relatif terjaga, bisa memberikan momentum pada pertumbuhan hasil investasi pada paruh kedua tahun ini.

“Perang dagang bisa menggoyang pasar. Tapi di sisi lain, harusnya pasar baik pada semester II/2019,” jelasnya.

Hans menilai instrumen surat utang menjadi pilihan menarik bagi investor untuk meraup keuntungan pada periode tersebut. Di samping itu, saham diyakini masih bisa memberikan keuntungan bagi investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper