Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memotret Target Pertumbuhan Kredit 2020 versi OJK

Otoritas Jasa Keuangan optimistis kinerja intermediasi perbankan akan membaik dengan pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih kencang pada 2020.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat memberikan sambutan pada pembukan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat memberikan sambutan pada pembukan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan optimistis kinerja intermediasi perbankan akan membaik dengan pertumbuhan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga atau DPK yang lebih kencang pada 2020.

Dalam paparannya ketika rapat kerja dengan DPR pada Senin 17 Juni 2019, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan,penyaluran pembiayaan oleh perbankan diproyeksikan mampu tumbuh di level 12 persen - 16 persen menjadi sekitar Rp771 triliun – Rp875 triliun pada tahun depan.

Sejalan dengan itu, pertumbuhan DPK ditargetkan sebesar 10 persen - 13 persen dengan taksiran nilai total Rp602 triliun – Rp709 triliun.

“Dari segi kemampuannya, untuk 2020 perbankan bisa salurkan kredit hingga Rp770 triliun kalau full demand. Permasalahannya bagaimana create demand kredit ini,” katanya.

Sementara itu, dalam paparannya ketika mengadakan halal bihalal dengan pemimpinan redaksi media massa di Jakarta, Kamis (20/6/2019), Wimboh menuturkan ada lima sektor unggulan yang akan jadi fokus pengembangan OJK guna mendukung target pertumbuhan kredit.

Kelima sektor yang masih potensial dimaksud yakni bidang perikanan, parwisata, pertambangan  batubara, nikel dan emas, agribisnis termasuk kelapa sawit, serta manufaktur seperti mobil dan tekstil.

“Misalnya kredit yang mampu mendorong ekspor, menambah penyerapan tenaga kerja, ramah lingkungan, dan tidak membuat distorsi pasar. Ini kebijakan OJK yang kami siapkan secara sektoral, jadi bukan hanya membuat target,” paparnya.

Selain itu, pemerintah juga akan tetap mendorong penyaluran kredit melalui program KUR dan program lainnya yang memiliki skema khusus. Wimboh mengatakan sampai saat ini stabilitas industri jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga.

“Stabilitas sektor jasa keuangan terjaga didukung tingkat permodalan dan likuiditas serta tingkat risiko yang rendah dan manageable,” ujarnya.

Rasio kecukupan permodalan (capital adequacy ratio/CAR) industri perbankan tercatat masih mengalami tren peningkatan dengan puncaknya sebesar 23,47% per April 2019.

Sementara itu, kualitas aset kredit perbankan juga dinilai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari rasio nonperforming loan (NPL) kotor bank umum konvensional sebesar 2,51 persen sedangkan NPL bersih 1,15 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2019 yang berada di atas ekspektasi ikut berkontribusi terhadap permintaan kredit bulan April lalu.

Akan tetapi peningkatan tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menyebabkan naiknya tekanan di pasar keuangan global sejak awal Mei 2019.

REALISASI

Salah satu indikator stabilitas sektor jasa keuangan yakni realisasi pertumbuhan kredit per April yang mencapai 11,05 persen secara tahunan (year on year/YoY), diikuti dengan pertumbuhan DPK sebesar 6,63 persen (YoY).

Dilihat dari penggunaannya, laju pertumbuhan kredit pada April ditopang kredit investasi yang tumbuh 14,43 persen. Pertumbuhan kredit investasi mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Sementara itu, dilihat dari sektor ekonominya, penyaluran kredit ke bidang pertambangan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi dengan kenaikan 37,6 persen (YoY) setelah sempat tumbuh minus 20,69 persen pada April 2018.

Pertumbuhan yang tertinggi kedua dicatatkan sektor konstruksi yang terakselerasi sebesar 27,55 persen (YoY), juga menguat dibandingkan dengan April 2018 sebesar 16,68 persen (YoY).

Sementara itu, industri pertanian masih mencatatkan tren perlambatan dengan kenaikan 10,65 persen, melambat dibandingkan April 2018 dan April 2017 masing-masing sebesar 11,63 persen dan 12,04 persen.

Penyaluran kredit ke bidang listrik, gas dan air mengalami pertumbuhan 20,06 persen (YoY), menguat dibandingkan April 2018 yang berkisar 18,45 persen. Begitu juga dengan bidang perdagangan besar mengalami penguatan pertumbuhan dari 7,6 persen pada April 2018 menjadi 8,45 persen.

Adapun, kredit ke bidang transportasi hanya tumbuh 9,61 persen, melambat dibandingkan April 2018 sebesar 14,17 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper