Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Raih Kenaikan Peringkat Utang dari S&P

Konsistensi Bank Mandiri dalam mencetak kinerja positif dalam empat tahun terakhir membukukan hasil.
Nasabah melakukan transaksi di salah satu cabang Bank Mandiri di Jakarta, Jumat (31/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Nasabah melakukan transaksi di salah satu cabang Bank Mandiri di Jakarta, Jumat (31/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Konsistensi Bank Mandiri dalam mencetak kinerja positif dalam empat tahun terakhir membukukan hasil.

Lembaga pemeringkat internasional, S&P’s Ratings menaikkan peringkat utang jangka panjang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menjadi ‘BBB-’ dengan outlook ‘stabil’, dari sebelumnya ‘BB+’.

Peringkat baru ini berlaku untuk utang yang akan dilakukan perseroan dalam mata uang rupiah, maupun valuta asing.

Menurut Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan, kenaikan peringkat tersebut menjadikan Bank Mandiri sebagai salah satu korporasi terbaik di Indonesia yang berhasil mendapatkan peringkat Investment Grade dari tiga lembaga pemeringkat internasional dan satu lembaga pemeringkat domestik.

Di samping S&P’s, lembaga lainnya yaitu Moody’s rating (Baa2/outlook Stabil), Fitch rating (BBB-/Stabil) dan Pefindo (idAAA/Stabil).

“Kami berharap naiknya peringkat utang ini dapat memperkuat kredibilitas Bank Mandiri di mata investor dan para pemangku kepentingan sektor keuangan Tanah Air. Semoga rating yang semakin membaik ini juga ikut berkontribusi pada pertumbuhan investasi di Indonesia,” kata Panji lewat keterangan resmi, Senin (1/7/2019).

Bank Mandiri berharap peringkat utang terbaru itu juga akan memberikan dampak positif terhadap akses perseroan di pasar modal, serta meningkatkan value bagi investor.

Bank Mandiri, lanjut Panji, terus mendorong perbaikan kinerja melalui penajaman fokus bisnis, inovasi produk dan layanan keuangan, serta monitoring kualitas aset yang ketat.

Pada akhir kuartal I/2019, perseroan mencatat kenaikan laba bersih sebesar 23,4 persen (year on year/yoy) menjadi Rp7,2 triliun, ditopang pertumbuhan kredit sebesar 12,4 persen menjadi Rp790,5 triliun dan penurunan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) menjadi sebesar 2,68 persen.

Capaian neraca keuangan di akhir Maret 2019 lalu tersebut melanjutkan tren positif perseroan sejak akhir 2016. Selama empat tahun terakhir, Bank Mandiri tercatat membukukan pertumbuhan laba tahunan sebesar CAGR 23,7 persen (YoY).

Begitupula dengan penyaluran kredit secara tahunan yang tumbuh dua digit dengan kualitas kredit yang semakin membaik. Pada akhir 2016, NPL perseroan berada pada 4,00 persen dan turun menjadi 2,68 persen akhir Maret lalu.

Lebih lanjut, Panji mengatakan menurunnya rasio kredit bermasalah itu mendorong penurunan alokasi biaya pencadangan yang harus disisihkan perseroan.

Tercatat, pada akhir kuartal I/2019, biaya pencadangan yang disiapkan perseroan sebesar Rp2,8 triliun atau mengalami turun 28,1 persen (YoY).

“S&P sendiri meyakini perbankan Indonesia akan memiliki benefit yang lebih dari situasi ekonomi saat ini yang terus membaik, di mana dalam 10 tahun terakhir rata-rata PDB perkapita riil Indonesia tercatat tumbuh sebesar 4,1 persen, lebih baik daripada rata-rata pertumbuhan negara dengan tingkat upah sama yakni 2,2 persen,” imbuhnya.

Di samping itu, S&P menilai agenda percepatan pengadaan infrastruktur pemerintah akan mendorong peningkatan pertumbuhan kredit perbankan yang diharapkan akan berdampak positif terhadap profitabilitas perbankan.

“Di Bank Mandiri, kami berkomitmen untuk terus meningkatkan penyaluran pembiayaan ke sektor infrastruktur mengingat masih banyak proyek pembangunan infrastruktur yang tengah berjalan. Per Maret 2019, portofolio infrastruktur kami sebesar Rp177,8 triliun atau 26,0 persen dari total kredit (bank only) yang disalurkan perseroan,” tuturnya.

Dari aspek likuiditas, tambahnya, likuiditas Bank Mandiri saat ini terjaga pada level yang aman dengan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) bank only di tingkat 94,02 persen per Maret 2019 lalu.

“Ke depan, kami yakin dapat menjaga rasio tersebut di kisaran 91-93 persen hingga akhir tahun ini, antara lain melalui strategi pertumbuhan dana pihak ketiga khususnya dana murah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper