Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cenderung Melambat, Sejumlah Bank Masih Bukukan Pertumbuhan KMK Tinggi

Sejumlah bank masih mampu membukukan kinerja pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja (KMK) yang tinggi pada awal tahun ini, kendati secara industri keseluruhan cenderung melambat.
Presiden Direktur PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) R. Soeroso didampingi direksi lainnya memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan di Jakarta, Kamis (11/4/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Presiden Direktur PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) R. Soeroso didampingi direksi lainnya memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan di Jakarta, Kamis (11/4/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah bank masih mengalami perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) pada periode Januari – Mei 2019. Kendati begitu, beberapa bank masih mampu tetap mempertahankan kinerja penyaluran KMK yang baik.

Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit untuk modal kerja per Mei 2019 sebesar 10,8% (secara year on year) lebih rendah dibandingkan dengan April yang mencapai 11,1% (YoY). Sepanjang tahun ini, segmen KMK memang menunjukkan perlambatan melanjutkan kondisi pada kuartal IV tahun sebelumnya.

Sebagai gambaran, sejak Mei 2017, pertumbuhan kredit KMK berfluktuasi di level 7% - 8% dan baru mencapai dua digit pada Mei 2018 di kisaran 10,4%. Lalu, pada semester II/2018, pertumbuhannya terekskalasi dengan puncaknya sebesar 14,2% pada Oktober 2018.

Kondisi perlambatan pertumbuhan KMK tersebut dialami oleh beberapa bank. Salah satu di antaranya yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. yang berkode saham BJTM.

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha mengatakan realisasi pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi di perseroan masih belum maksimal karena masih banyak fasilitas kredit yang belum ditaik (undisbursed loan).

“Banyaknya fasilitas modal kerja yang belum ditarik karena tender masih proses kualifikasi dan pencairan fasilitas investasi yang mensyaratkan minimal progress pembangunan fisik secara bertahap, di samping persyaratan legal dan koordinasi pihak terkait yang lain, menyebabkan pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi cenderung rendah,” katanya kepada Bisnis, Selasa (2/7/2019).

Ferdian mengungkapkan, realisasi kredit investasi dan kredit modal kerja pada April 2019 hanya tumbuh tipis dibandingkan bulan sebelumnya, yakni masing-masing sebesar 1,33% dan 3,35% secara month to month.

KMK dan KI mengambil porsi 35% dari total kredit BJTM dan 65% sisanya atau mayoritas kredit perseroan adalah dari segmen konsumer.

“Proyeksi kredit modal kerja dan investasi secara keseluruhan tumbuh sebesar 8,49% [per akhir semester I/2019],” ujarnya.

Adapun, total kredit yang disalurkan BJTM hingga Mei 2019 mencapai Rp34,76 triliun, tumbuh 8,16% (YoY). Pertumbuhan tersebut dimotori oleh kredit komersial dan small medium enterprises (SME) serta konsumer masing-masing tumbuh 17,79%, 11,72% dan 4,22%.

Kondisi berbeda ditunjukkan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank pelat merah berkode saham BBNI itu menyatakan laju pertumbuhan kredit modal kerja pada awal tahun masih cukup kencang.

“Penyaluran KMK BNI per Mei 2019 tumbuh sebesar kurang lebih 40% dari periode yang sama tahun lalu (YoY),” kata Direktur Bisnis Korporasi Bank BNI Putrama Wahju Setyawan.

Putrama menjelaskan, sektor ekonomi yang mendorong pertumbuhan kredit modal kerja di perseroan antara lain perdagangan, industri, pertanian dan pertambangan.

Hingga akhir tahun 2019, Bank BNI memproyeksikan penyaluran KMK tumbuh di kisaran 7,5% hingga 10%.

Untuk mendorong target KMK tersebut, perseroan akan tetap berekspansi pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi seperti sektor perdagangan dan industry. “Caranya antara lain lewat skema supply chain financing ke mitra nasabah korporat,” paparnya.

Dihubungi terpisah, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengatakan realisasi penyaluran kredit perseroan per Mei 2019 juga masih mampu tumbuh dua digit yakni di level 14% (YoY).

“Penopangnya yakni oleh kredit produktif baik segmen korporasi, komersial dan SME,” kata Corporate Secretary Bank BCA Jan Hendra.

Bank swasta dengan aset terbesar di Indonesia tersebut membidik total pertumbuhan kredit secara sebesar 8% - 10% sepanjang 2019 dengan bertumpu pada pertumbuhan kredit produktif pada semua segmen yang ada.

Kendati begitu, ekspansi kredit dan pembiayaan akan dilakukan dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian.

“Namun, kami tetap memperhatikan pertumbuhan dengan kualitas kredit yang terjaga,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper