Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kualitas Kredit : Sektor Komoditas Diproyeksi Hadapi Tekanan

Moody's mempertimbangkan perkembangan regulasi dan ekonomi yang kemungkinan bakal membebani harga batu bara.
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Moody's Investors Service menyatakan meski mayoritas korporasi Indonesia menunjukkan tren kredit yang stabil selama 12—18 bulan ke depan, tapi ada sektor-sektor terkait komoditas yang bakal menghadapi tekanan.

Vice President and Senior Credit Officer Moody's Jacintha Poh menilai penyaluran kredit kepada sektor minyak dan gas diperkirakan akan melaju. Alasannya, perusahaan-perusahan di sektor tersebut berencana meningkatkan belanja modal guna menggenjot skala operasional.

Namun, hal ini diperkirakan bakal berdampak terhadap naiknya ketergantungan perusahaan terhadap utang. Alhasil, menjadi potensi untuk menurunkan kualitas kredit perseroan.

Namun, Moody's berharap peningkatan produksi harian rata-rata akan mengerek pendapatan yang lebih tinggi sehingga mampu menghambat penurunan kualitas kredit.

Adapun batu bara diperkirakan akan menghadapi tantangan yang terbilang berat.

“Kami memperkirakan perkembangan regulasi dan ekonomi di Indonesia (Baa2 stable) dan China (A1 stable) akan membebani harga batu bara termal dan melemahkan kualitas kredit enam perusahaan batubara Indonesia,” papar Poh dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (16/7/2019).

Kendati demikian, tidak semua sektor komoditas akan membukukan penurunan kualitas kredit. Peringkat kredit dua produsen kelapa sawit yang dinilai Moody’s akan sedikit membaik.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap banyak pada sektor komoditas, yang menilai sektor tersebut akan menjadi mesin penggerak pertumbuhan kredit pada tahun ini.

Berdasarkan data OJK, kredit pertambangan diselimuti tren positif hingga April 2019. Sebelumnya, kredit yang diserap sektor ini merosot sejak 2016 hingga kuartal II/2018.

Kredit pertambangan tumbuh seiring membaiknya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Pada kuartal I/2019, rasio NPL kredit pertambangan sebesar 4,3 persen, jauh lebih baik dari posisi pada 2016, yang masih berada di level 7,2 persen.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menerangkan sektor pertambangan berkontribusi signifikan dalam laju penyaluran kredit pada tahun ini. Hingga April 2019, sektor ini tumbuh 37,6 persen yoy, yang diperkirakan disebabkan oleh kembali beraktivitasnya perusahaan batu bara.

Sektor konstruksi juga berperan signifikan. Per April 2019, kredit yang menyasar pembangunan infrastruktur, perumahan, dan lainnya ini naik 27,55 persen secara year-on-year (yoy).

Dalam riset yang sama, Moody’s juga menilai peringkat kredit properti akan cenderung meningkat. Hal ini dipicu oleh membaiknya permintaan pascapemilu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper