Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KUR Butuh Inovasi

Untuk mempercepat tujuan mendorong pelaku UMKM naik kelas melalui akses pembiayaan yang inklusif, tentu diperlukan inovasi dari pemerintah dan lembaga pembiayaan.
Pekerja menjemur kerupuk mie kuning di rumah industri kerupuk Desa Harjosari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/12/2018). Pemerintah menargetkan subsidi kredit usaha rakyat (KUR) dalam RAPBN 2019 mencapai Rp 12,2 triliun./ANTARA-Oky Lukmansyah
Pekerja menjemur kerupuk mie kuning di rumah industri kerupuk Desa Harjosari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/12/2018). Pemerintah menargetkan subsidi kredit usaha rakyat (KUR) dalam RAPBN 2019 mencapai Rp 12,2 triliun./ANTARA-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Untuk mempercepat tujuan mendorong pelaku UMKM naik kelas melalui akses pembiayaan yang inklusif, tentu diperlukan inovasi dari pemerintah dan lembaga pembiayaan.

Kepala UKMC FEB Universitas Indonesia, Zakir Sjakur Machmud, pernah mengatakan keberhasilan program-program kredit untuk UMKM masih belum sesuai harapan.

Bahkan KUR juga dinilai kurang efektif dan tidak tepat sasaran karena lebih banyak diminati pelaku usaha menengah daripada usaha kecil dan mikro akibat adanya kesenjangan antara perbankan sebagai penyalur dan pelaku usaha mikro.

Hal ini dia sampaikan dalam kegiatan kuliah Perekonomian Indonesia bertema ‘Kebijakan UMKM Indonesia, Akses terhadap Pembiayaan’ yang digelar di kampus Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia di Depok.

Sebagai catatan, sejak program KUR dimulai hingga Juni 2019, akumulasi nasabah KUR sebanyak 16,57 juta debitur dengan outstanding kredit Rp147,19 triliun. Adapun, outstanding KUR selama paruh pertama tahun ini mencapai Rp69,21 triliun kepada 2,69 juta debitur.

Kendati bunganya terus ditekan menjadi 7% pada tahun ini, program pembiayaan KUR yang dicanangkan pemerintah masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini tercermin dari porsi pengakses KUR yang sebesar 16,57 juta atau sekitar 26,33% dari 62,92 juta unit UMKM.

Bank dinilai enggan menyalurkan KUR kepada pelaku usaha mikro karena faktor nilainya yang kecil dan jumlah yang banyak. UMKM juga kerap dipersepsikan sebagai bisnis yang punya risiko kegagalan tinggi sehingga dikenakan suku bunga yang tinggi.

Di sisi lain, bank juga perlu tambahan informasi tentang kelayanan bisnis UMKM serta perlu skala ekonomi yang besar demi menekan biaya transaksi. Faktor-faktor ini membuat tak semua bank mampu mengelola kredit UMKM.

Selama ini pembiayaan UMKM juga hanya difokuskan pada perbankan dengan berbagai variasi subsidi seperti subsidi bunga, subsidi penjaminan kredit.

Zakir menilai inovasi produk dan jasa keuangan yang cocok untuk UMKM dalam sistem keuangan nasional masih perlu ditingkatkan.

Selain mengandalkan KUR, instrumen dan peran lembaga nonbank seperti pasar modal, leasing, asuransi dan lain-lain yang selama ini masih sporadis harus dimaksimalkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : MediaDigital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper