Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Direksi BNLI Serahkan Urusan Divestasi ke Pemegang Saham

Saat ini baik Astra maupun Standard Chartered berbagi rata 89,12 persen saham Bank Permata. Sisanya, atau 10,88 persen merupakan milik publik.
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Permata, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Permata, di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT Bank Permata Tbk. (BNLI) tidak mau ambil pusing terkait dengan kemungkinan divestasi saham dua pengendali, PT Astra International Tbk. dan Standard Chartered Bank. Jajaran direksi memilih fokus memperbaiki kinerja.

“Kalau pemegang saham punya rencana [divestasi], itu merupakan keputusan pemegang saham. Fokus kami memberikan nilai tambah untuk mereka,” kata Direktur Keuangan Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya usai paparan publik di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Saat ini baik Astra maupun Standard Chartered berbagi rata 89,12 persen saham Bank Permata. Sisanya, atau 10,88 persen merupakan milik publik. 

Seperti diketahui, pada 2016 emiten bank berkode BNLI menderita rugi bersih Rp6,48 triliun. Kerugian tersebut tergolong besar untuk satu individu bank di Indonesia.

Lenyapnya kemampuan bank mencetak laba disebabkan oleh aset bermasalah yang menggunung. Konsekuensinya, perusahaan harus meningkatkan beban pencadangan hingga mencapai Rp12 triliun kala itu.

Sejak saat itu BNLI pun fokus pada pembenahan kualitas aset. Segala upaya membersihkan kredit bermasalah dilakukan, mulai dari restrukturisasi, hapus buku, hingga membawa debitur yang enggan berkerja sama ke ranah hukum.

Berkaca pada laporan publikasi per Juni 2019, bank telah menekan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) kotor hingga 3,6 persen, dari periode yang sama tahun lalu, 4,26 persen. Berkurangnya beban NPL membuat rentabilitas bank kembali.

Per Juni 2019, laba Bank Permata naik 146,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp711,4 miliar. Satu kontributor utama adalah beban pencadangan yang dapat dipangkas hingga 57,1 persen dibandingkan dengan posisi Juni 2018, atau menjadi Rp466 miliar.

Sementara itu sejak dirudung masalah, isu divestasi saham Bank Permata terus bergulir. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menjadi satu perusahaan yang telah menyampaikan ke publik ketertarikan mengakuisisi saham Bank Permata pada tahun ini. Namun rencana itu tidak menjadi realisasi.

Belakangan muncul nama-nama baru dan lama yang kembali mencuat tertarik menjadi pemilik saham Permata. Berdasarkan sebuah riset yang dibublikasikan oleh Indopremier, perusahaan asal Jepang, Mizuho disebut tengah mengincar 44,6 persen saham BNLI milik Standard Chartered. Uji tuntas dari perundingan tersebut akan diumumkan pada akhir bulan ini.

Kemudian, mengutip situs Bloomberg, Rabu (14/8), grup bank asal Singapura, OCBC mempertimbangkan membeli sekitar 90 persen saham Bank Permata senilai US$1,9 miliar, atau sekitar Rp27 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper