Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTN Optimistis Masih Bisa Mengejar Target KPR Komersial

EVP Non Subsidize Lending Division Bank BTN Suryanti Agustinar mengatakan sampai saat ini perseroan baru mencatatkan realisasi kredit pembiayaan rumah (KPR) komersial sekitar Rp8 triliun atau naik 12 persen yoy. Dia mengatakan tahun menjadi tahun yang cukup berat untuk segmen tersebut.
Karyawati PT Bank Tabungan Negara Tbk memberikan penjelasan mengenai produk perbankan kepada nasabah di Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Dedi Gunawan
Karyawati PT Bank Tabungan Negara Tbk memberikan penjelasan mengenai produk perbankan kepada nasabah di Jakarta, Senin (8/1)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memastikan masih akan dapat mengejar realisasi KPR komersial atau non subsidi yang dipatok sebesar Rp19 triliun sampai Desember 2019 

EVP Non Subsidize Lending Division Bank BTN Suryanti Agustinar mengatakan sampai saat ini perseroan baru mencatatkan realisasi kredit pembiayaan rumah (KPR) komersial sekitar Rp8 triliun atau naik 12 persen yoy. Dia mengatakan tahun menjadi tahun yang cukup berat untuk segmen tersebut.

Namun, dia optimistis dengan melihat tren yang umumnya pengembang properti juga mengejar penyelesaian akad kredit pada kuartal IV, maka target di atas masih akan dicapai.

"Memang akan cukup berat pertumbuhan tidak setinggi tahun lalu, apalagi awal semester II ini melambat tetapi saya yakin dengan strategi terus menggandeng banyak pengembang kami bisa digenjot," katanya kepada Bisnis, Kamis (12/9/2019).

Menurut Suryanti, pelemahan pertumbuhan KPR komersial juga selaras dengan melemahnya nilai pembelian oleh masyarakat. Menurutnya, untuk rumah tapak maka kisaran Rp500 juta yang masih banyak diincar sedangkan apartemen mentok pada harga tertinggi Rp700 jutaan.

Artinya, dibutuhkan ekstra upaya untuk menjual produk hunian di atas Rp1 miliar. Sementara dari segi kualitas, saat ini penyumbang rasio non performing loan (NPL) KPR komersial didominasi produk di atas Rp1 miliar yang diambil oleh wiraswasta.

Suryanti mengatakan saat ini NPL masih terpantau sekitar level 3,1 persen, tetapi sampai akhir tahun perseroan akan berfokus untuk menjaga hingga level 2 persen-an.

“Kalau untuk NPL memang secara industri juga terlihat mengalami hal serupa tentu salah satunya karena kondisi ekonomi makro yang tidak stabil sekarang,” ujarnya. 

Suryanti menambahkan dari sisi suku bunga dia mengakui memang belum melakukan penyesuaian pasca bank sentral melakukan penurunan BI7DRRR. Namun, perseroan menyiasati dengan berbagai promo menarik bersama pengembangan hingga pemberian bunga 5 persen flat. 

Prinsipnya, Suryanti memastikan perseroan akan tetap mengikuti arah suku bunga acuan dalam memberikan suku bunga KPR pada masyarakat.

“Kami harapkan dapat menurunkan suku bunga pada tahun ini, apalahi tahun depan kami optimistis kondisi akan lebih baik untuk menunjang ekspansi yang berkualitas,” ujarnya.

Sementara itu, total penyaluran KPR pada semester pertama 2019 tercatat Rp188,82 triliun, atau tumbuh 21,53 persen yoy. Kontribusi KPR subsidi mencapai 56,85 persen dengan pertumbuhan 28,77 persen yoy, sedangkan kontribusi KPR non-subsidi 43,15 persen dengan pertumbuhan 13,16 persen yoy.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper