Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tinggalkan Kelas Menengah Atas, Bank Mandiri Incar KPR Seken

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. melakukan rekalkulasi bisnis pada penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dengan menyasar pada debitur kelas menangah bawah dan rumah seken. Selama ini bank pelat merah itu lebih banyak mengucurkan kredit pada pada segmen menengah ke atas dan investasi.
Aktivitas layanan nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Kamis (4/7/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Aktivitas layanan nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Kamis (4/7/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. melakukan rekalkulasi bisnis pada penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dengan menyasar pada debitur kelas menangah bawah dan rumah seken. Selama ini bank pelat merah itu lebih banyak mengucurkan kredit pada pada segmen menengah ke atas dan investasi.

Perseroan akan memacu KPR sejuta umat atau ticket size Rp500 juta ke bawah. Selain itu, segmen yang sudah lama ditinggalkan, dan akan dipacu penyaluran kredit, adalah properti seken atau tangan kedua yang masih layak ditempati.  

EVP Consumer Loan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan, dalam 5 tahun ini, harga properti seken cenderung tidak bergerak. Alhasil, ada peluang pertumbuhan penjualan properti seken jika digarap dengan baik.

"Ini segmen yang sudah lama kami tinggalkan, jadi kami akan fokus lagi ke sana. Sementara untuk segmen investasi yang sudah sulit diharapkan juga tidak akan kami fokuskan lagi, kami akan memilih pasar Rp500 juta ke bawah yang selama ini sudah banyak digarap bank lain," katanya kepada Bisnis, Senin (23/9/2019).

Adapun, bank dengan kode saham BMRI ini memang terus memacu pertumbuhan KPR. Pasalnya, per Agustus pertumbuhan segmen itu hanya 3,45% secara year-on-year (yoy) dengan outstanding Rp42,96 triliun.

Angka itu terpaut jauh dari kinerja industri yang dicatat Bank Indonesia, per Juli 2019 KPR tumbuh pada level 9,89% yoy.   

Ignatius mengakui bahwa tahun ini adalah periode yang sangat sulit untuk KPR. Sementara itu, permintaan tidak bergerak karena ada faktor yang sulit dihindari, yakni perang suku bunga. Alhasil, dari penyaluran KPR rata-rata Rp700 miliar per bulan, sekitar Rp200 miliar-Rp250 miliar adalah pelunasan di awal.

"Itu saya amati terus meningkat dari dahulu cuman keluar Rp100 miliar lalu sampai Rp250 miliar ternyata polanya sama yakni setelah bunga fix dan memasuki bunga floating, mereka pindah bank" ujarnya.

Dengan persoalan tersebut, sambungnya, saat ini perseroan tengah menggarap skema menarik untuk menahan para debitur tidak melakukan peluasan di awal, salah satunya dengan menawarkan bunga yang cukup menarik saat masa bunga tetap habis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper