Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjelasan Manajamen BTN Soal Penurunan Harga Saham

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengklaim tren penurunan harga saham perseroan mengikuti emiten perbankan lainnya.
Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk Nixon LP Napitupulu (dari kiri) bersama Direktur Adi Setianto, Direktur R Mahelan Prabantariksa dan Direktur Budi Satria meninjau booth Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank BTN di Stasiun Jakarta Kota, Senin (4/12)./JIBI-Abdullah Azzam
Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk Nixon LP Napitupulu (dari kiri) bersama Direktur Adi Setianto, Direktur R Mahelan Prabantariksa dan Direktur Budi Satria meninjau booth Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank BTN di Stasiun Jakarta Kota, Senin (4/12)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengklaim tren penurunan harga saham perseroan mengikuti emiten perbankan lainnya.

Ketatnya kebijakan suku bunga acuan , dan ditambah dengan permasalahan pengembangan likuiditas internal, membuat harga saham perseroan tidak melanjutkan tren positif dalam beberapa bulan terakhir.

Sebagai informasi, harga saham emiten berkode BBTN ini tumbuh cukup agresif dari 2015 hingga awal 2018. Posisi tertinggi saat itu sempat mencapai Rp3.800 per lembar saham. Namun, setelah itu, harganya turun secara gradual, hingga menyentuh Rp1.900 per lembar saham pada Senin (14/10/2019).

"Jika melihat harga saham BTN, memang ada tren penurunan. Namun hal ini terjadi secara general. Kami masih terus melakukan upaya perbaikan internal untuk memulihkan kepercayaan investor kembali," kata Direktur Legal, Risk, and Compliance BTN R. Mahelan Prabantarikso, Senin (14/10/2019).

Dia menjelaskan, pertumbuhan harga saham yang bagus pada tahun-tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK disebabkan oleh cukup agresifnya pengembangan infrastruktur, serta kepemilikan rumah masyarakat.

Menurutnya, fokus pemerintah tersebut masih berlanjut hingga akhir-akhir pemerintahan. Namun, langkah Bank Indonesia yang meningkatkan suku bunga acuan menjadi tantangan yang cukup berat bagi industri perbankan termasuk BTN untuk menunjukkan kinerja optimal.

"Kondisi yang ketat tersebut tentunya membuat sedikit tekanan. Setidaknya, butuh relaksasi sedikit lagi untuk mendorong kinerja dan kepercayaan investor kembali," katanya.

Di sisi lain, dia juga mengakui kondisi ketatnya likuiditas masih menjadi isu yang cukup menantang bagi perseroan. Adapun, posisi loan to deposits (LDR) perseroan terus melenggang di atas 100% sejak 2015 lalu. Bahkan terus meningkat sejak beberapa kuartal terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper