Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Kredit Perbankan Terseok-Seok

Penyaluran kredit perbankan berjalan terseok pada paruh kedua tahun ini. Hingga Juli 2019, hanya ada tiga sektor lapangan usaha yang mencatatkan penguatan pertumbuhan permintaan kredit baru.
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan berjalan terseok pada paruh kedua tahun ini. Hingga Juli 2019, hanya ada tiga sektor lapangan usaha yang mencatatkan penguatan pertumbuhan permintaan kredit baru.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada 11 sektor yang berkontribusi sebesar 77,8% terhadap fungsi intermediasi perbankan. Sebanyak sembilan di antaranya merupakan lapangan usaha, sedangkan dua lainnya bersifat konsumsi.

Melambatnya pertumbuhan kredit baru secara signifikan di antaranya dialami oleh sektor perdagangan besar dan eceran, agrikultur, serta transportasi, pergudangan, dan komunikasi.

Pada saat yang sama pertambangan dan penggalian, yang sebelumnya disebut-sebut menjadi tumpuan, justru mencatat permintaaan kredit baru yang menurun. Per Juli 2019, kredit kepada sektor ini merosot 1,0% sepanjang periode berjalan (year-to-date/ytd).

Perbankan juga tampak kesulitan mencari kredit baru dari sektor konsumsi. Penyaluran pembiayaan untuk pemilikan rumah dan kendaraan bermotor tampak tidak bergairah.

Per Juli 2019, KPR tumbuh 5,3% ytd, lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2018 sebesar 6,7%. Kredit kendaraan bermotor (KKB) mencatat perlambatan yang lebih dalam, atau dari 9,6% ytd menjadi 0,4% ytd.

Sementara itu, dua di antara tiga sektor yang masih membukukan akselerasi pertumbuhan kredit baru adalah listrik, gas, dan air serta konstrusi. Namun keduanya hanya berkontribusi 8,9% terhadap total portofolio penyaluran dana bank kepada pihak ketiga, sehingga tidak cukup kuat memberikan stimulus positif terhadap fungsi intermediasi bank secara keseluruhan.

Adapun pada tahun ini setidaknya ada dua proyek besar terkait dengan pembangunan pembangkit listrik yang mendapatkan pembiayaan perbankan. Pada awal tahun Salim Group menerima kredit sindikasi dalam mata uang rupiah senilai Rp3,96 triliun dan dalam bentuk valas senilai US$140,6 juta melalui PT Tamaris Hidro dan anak perusahaan.

Kredit akan digunakan untuk refinancing dan pembiayaan konstruksi beberapa proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH), serta kebutuhan pengembangan usaha.

Kemudian pada Juli 2019 sejumlah bank pelat merah serta anak usaha menyalurkan kredit sindikasi senilai US$689,75 juta atau setara Rp9,8 triliun kepada PT Kerinci Merangin Hidro, milik keluarga Jusuf Kalla. Pembiayaan ini bertujuan untuk pembangunan PLTA dengan kapasitas sebesar 4 x 87,5 MW (megawatt) yang berlokasi di kerinci, Jambi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper