Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank of India Pasang Strategi Perangi Kredit Bermasalah

PT Bank of India Indonesia Tbk. menargetkan dapat menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di bawah 3% pada akhir tahun ini.
Kantor pusat Bank of India/www.aluplexindia.com
Kantor pusat Bank of India/www.aluplexindia.com

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank of India Indonesia Tbk. menargetkan dapat menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di bawah 3% pada akhir tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan terbaru, hingga akhir kuartal III/2019 rasio NPL kotor Bank of India ada di angka 4,42%. Nilai ini turun 28 basis poin (bps) secara tahunan (year-on-year/yoy).

“Bisa dibilang tahun ini adalah tahun pemberesan NPL. Karena sudah kami sampaikan kalau [penyaluran kredit] tahun 2019 ini relatif stagnan. Tapi kami tidak ingin stagnan diikuti naiknya NPL. Biarlah stagnan, tapi NPL-nya turun biar kami mendapatkan laba,” ujar Direktur kepatuhan Bank of India Primasura Pandu usai paparan kinerja di kantornya, Selasa (22/10).

Menurut Primasura, mayoritas pembiayaan yang disalurkan Bank of India menyasar sektor perdagangan. Total kredit di sektor ini mencapai 50% dari portofolio pembiayaan perseroan.

Dari sektor perdagangan, kredit terbanyak diberikan ke pelaku usaha tekstil. Sebagai catatan, hingga akhir September nilai kredit yang disalurkan Bank of India turun hingga 15,18% yoy menjadi Rp2,01 triliun.

“Mayoritas [kredit] yang bermasalah itu sektor perdagangan khususnya tekstil. Secara umum sektor tekstil itu sudah jenuh karena pemainnya terlalu banyak sehingga mau tidak mau memberikan kontribusi kepada kami dan ada NPL di situ,” tuturnya.

Bank of India sadar realisasi target rasio NPL hingga akhir tahun agar bisa berada di kisaran 3% ke bawah tidaklah mudah. Namun, Primasura mengklaim sejauh ini masih banyak antrean penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan perseroan dan belum masuk pembukuan hingga akhir kuartal III/2019.

Menurut Primasura, nilai kredit yang dihapus buku Bank of India sejak awal tahun telah mencapai Rp53 miliar. Bank ini juga telah melakukan pengambilalihan agunan (AYDA/Agunan yang Diambil Alih) atas kredit bermasalah dengan nilai mencapai Rp100 miliar.

Primasura juga menyebut ada ratusan miliar kredit bermasalah yang sudah dipindahtangankan dengan cessie. Proses peralihan kredit serta lelang agunan ini disebut masih berlangsung meski tak mudah untuk diselesaikan.

“Nasabah itu sudah menyerah [melunasi kredit], memberikan asetnya tapi kami tidak mudah untuk menjual. Kami lelang tidak ada yang mau tawar, banyak orang masih menahan uangnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper