Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Pekerjaan Rumah BNI Agar Mendulang Cuan Besar Tahun Ini

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. sepanjang dua kuartal terakhir mencatat pertumbuhan laba di bawah rata-rata industri. Kemampuan rentabilitas pun menjadi pekerjaan rumah bank hingga akhir tahun.
Direktur Keuangan BNI Ario Bimo/Bisnis-Ipak Ayu H.N.
Direktur Keuangan BNI Ario Bimo/Bisnis-Ipak Ayu H.N.

Bisnis.comJAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. sepanjang dua kuartal terakhir mencatat pertumbuhan laba di bawah rata-rata industri. Kemampuan rentabilitas pun menjadi pekerjaan rumah bank hingga akhir tahun.

Kendati demikian pada kuartal III/2019 ini pertumbuhan tahunan laba bank lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Akan tetapi masih jauh dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Bank pelat merah ini per September 2019 membukukan pertumbuhan 4,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp12 triliun. Pada kuartal II/2019, laba bersih bank sebesar Rp7,63 triliun atau naik 2,7% yoy.

Direktur Keuangan BNI Ario Bimo menjelaskan bahwa pada kuartal III laba telah menguat karena sejumlah strategi. Beberapa di antaranya adalah fokus pada peningkatan pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) dan menjaga komposisi dana murah (current accoung savings account/CASA).

“Sejauh ini semua masih sesuai dengan rencana bisnis kami. Sekarang fokus perbaikan COF [cost of fund/beban dana]. Ini sudah terlihat dari rasio CASA kami yang mencapai 64%,” katanya usai paparan kinerja kuartal III/2019 di Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Hingga akhir tahun ini bank menjaga COF pada kisaran 3 persen hingga 3,2 persen. Namun bank berharap akan dapat membukukan lebih baik pada penghujung tahun dari target tersebut.

Dari segi profitabilitas bisnis utama, bank mencatat rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) per September 2019 sebesar 4,9 persen. Capaian ini stagnan bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

“NIM ke depan akan jadi prioritas. Mungkin prediksi kami bisa antara 5 persen hingga 5,2 persen pada 2020,” kata Ario.

Adapun berdasarkan data perseroan per September 2019, pendapatan komisi BNI ditopang oleh pertumbuhan recurring fee sebesar 17,1 persen yoy menjadi Rp7,9 triliun. Kenaikan FBI pada kuartal III/2019 ini didorong oleh kontribusi komisi dari segmen business banking, antara lain komisi dari trade finance yang tumbuh 9,4 persen dan komisi sindikasi yang tumbuh 81,6 persen.

Pada kesempatan yang sama Direktur Manajemen Risiko BNI Rico Rizal Budidarmo menyampaikan bahwa dalam jangka panjang FBI menjadi sangat penting. Menjaga rasio NIM bagi perbankan semakin menantang. Pada saat yang sama perebutan dana pun tidak terkhindarkan, sehingga membuat beban dana meningkat.

Sepanjang 4 tahun terakhir BNI telah mengutilisasi pendapatan berbasis komisi dari segmen business banking. “Selain itu potensi fee based itu juga ada dari segmen konsumer,” katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa pada segmen konsumer, bank akan lebih giat mengembangkan proyek berbasis teknologi. Hal ini sekaligus akan menghasilkan efisiensi beban dan mendatangkan dana murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper