Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi BNI Agar Margin Tidak Terus Menyusut

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) selama lima tahun terakhir.
Direktur Keuangan BNI Ario Bimo/Bisnis-Ipak Ayu H.N.
Direktur Keuangan BNI Ario Bimo/Bisnis-Ipak Ayu H.N.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) selama lima tahun terakhir.

Posisi NIM pada 2015 kontras dengan realisasi September 2019, atau dari 6,4% menjadi 4,9%. Namun bank menilai hal tersebut masih dapat dikompensasi melalui  pendapatan nonbunga serta risiko yang relatif lebih rendah.

Menurut Direktur Keuangan BNI Ario Bimo, secara umum tren NIM BNI masih sejalan dengan industri perbankan yang sejak lama diprediksi mengalami penurunan. 

Selanjutnya strategi BNI untuk menjaga rentabilitas bank di masa yang akan datang adalah melalui peningkatan dana murah untuk menekan biaya dana (cost of fund/COF).

BNI juga akan melakukan diversifikasi portofolio kredit ke segmen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi melalui supply chain financing untuk menjaga kualitas kredit.

“BNI juga akan menambah dukungan IT untuk mendorong transaksi perbankan yang menghasilkan pendapatan nonbunga dan membuat efisiensi operasional perusahaan,” ujarnya kepada Bisnis,  Senin (4/11/2019).

Ario juga mengatakan bahwa posisi NIM BNI per September masih sesuai dengan proyeksi perseroan. Namun selanjutnya BNI akan menjadikan perbaikan NIM sebagai prioritas. Bank pelat merah ini memproyeksi NIM pada tahun depan dapat membaik ke level 5%.

Realisasi NIM tersebut dapat dicapai dengan catatan ada perbaikan dari sisi beban dana akibat penurunan suku bunga simpanan. Seperti diketahui bank memiliki ruang untuk melakukan hal tersebut seiring dengan kebijakan bank sentral memangkas suku bunga acuan.

“Meski hal ini amat dipengaruhi oleh ketersediaan dana pihak ketiga di pasar serta kompetisi antar bank untuk mendapatkannya,” jelas Ario.

Berdasarkan laporan publikasi, penurunan NIM berdampak pada kemampuan bank mencetak laba. Per kuartal III tahun ini, laba perusahaan tumbuh melambat atau naik 4,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp12 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu bank membukukan pertumbuhan laba sebesar 12,6% yoy.

Kendati masih tumbuh satu digit, laba kuartal III/2019 telah menguat dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Hal ini merupakan dampak dari strategi BNI untuk fokus meningkatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) dan menjaga komposisi dana murah.

Per September 2019, pendapatan komisi BNI ditopang oleh pertumbuhan recurring fee sebesar 17,1% yoy menjadi Rp7,9 triliun. Kenaikan FBI pada kuartal III/2019 ini didorong oleh kontribusi komisi dari segmen business banking, antara lain komisi dari trade finance yang tumbuh 9,4% yoy dan komisi sindikasi yang tumbuh 81,6% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper