Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendati Lampu Kuning, BNI Tak Surut Salurkan Kredit Manufaktur

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menilai sektor manufaktur masih memiliki potensi untuk digali. Namun, dengan catatan bank harus selektif mencari debitur.
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (13/2). /Bisnis.com-NH
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (13/2). /Bisnis.com-NH

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menilai sektor manufaktur masih memiliki potensi untuk digali. Namun, dengan catatan bank harus selektif mencari debitur.

Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan manufaktur merupakan industri penting dalam menjalankan fungsi intermediasi. Per kuartal III/2019 segmen ini tercatat berkontribusi 20,8% terhadap total kredit.

“Sektor manufaktur masih kami anggap potensial untuk penyaluran kredit, mengingat masih besarnya permintaan pembiayaan pada sektor tersebut,” kata Herry kepada Bisnis, Selasa (5/11/2019).

Dia melanjutkan bahwa  per September 2019, BNI menyalurkan Rp109,3 triliun kepada sektor manufaktur. Angka tersebut tumbuh 17,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan naik 13,5 persen sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd).

Permintaan sektor manufaktur yang masih tumbuh itu juga didukung oleh perbaikan kualitas aset. Per September 2019 rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) industri pengolahan turun menjadi 2,3 persen dari sebelumnya 4,4 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Di tengah kondisi industri manufaktur dalam negeri yang menantang, BNI fokus melakukan perbaikan aset. Restrukturisasi dan menggejot remedial akan menjadi strategi untuk menjaga rasio kredit bermasalah dalam batas aman.

Adapun per September 2019 kredit yang disalurkan kepada industri pengolahan tumbuh 5,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp889,9 triliun. Capaian ini kembali melambat dibandingkan periode sebelumnya.

Pada tiga bulan pertama tahun ini industri pengolahan mencatat pertumbuhan tertinggi dalam dua tahun terakhir, atau 9,5 persen yoy. Pertumbuhan mulai kembali melambat pada kuartal II/2019, di mana portofolio kredit sektor ini naik 6,7 persen yoy.

Mengutip data Bank Indonesia, kredit yang digunakan untuk investasi pada sektor industri pengolahan menguat. Per September 2019 kredit bertenor jangka panjang ini akhirnya tidak lagi terkoreksi negatif, atau tumbuh 1,3% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper