Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perbankan Semakin Selektif, Pendanaan Multifinance Seret

Perbankan yang semakin selektif dan pengetatan likuiditas menekan pendanaan yang diterima perusahaan pembiayaan hingga kuartal III/2019.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno (kanan) memberikan paparan dalam konferensi pers Fidusia dan Penerapannya di Jakarta, Rabu (5/9/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno (kanan) memberikan paparan dalam konferensi pers Fidusia dan Penerapannya di Jakarta, Rabu (5/9/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Perbankan yang semakin selektif dan pengetatan likuiditas menekan pendanaan yang diterima perusahaan pembiayaan hingga kuartal III/2019. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendanaan perusahaan pembiayaan hanya tumbuh 0,44%. Pendanaan dari dalam negeri (onshore) turun 1,99% (year on year) menjadi Rp177,19 triliun per September 2019 dibandingkan dengan September 2018 senilai Rp180,78 triliun.

Sementara pendanaan dari luar negeri tumbuh sekitar 4,74% (yoy) menjadi Rp105,92 triliun per September 2019 dibandingkan dengan September 2018 senilai Rp101,08 triliun. 

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan pertumbuhan pendanaan multifinance pada kuartal III/2019 harus disikapi dengan wajar. Hal itu disebabkan kasus double financing dan multiple financing yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan pembiayaan.

“Pertumbuhan [pendanaan] yang kecil sebabnya dua, yaitu likuiditas bank ketat dan bank selektif. Mereka cenderung mendanai perusahaan dengan kepemilikan bank dan diler,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (14/11).

Suwandi memprediksi pendanaan pada kuartal IV/2019 tidak akan berbeda jauh dengan kondisi pada kuartal sebelumnya, mengingat tinggal beberapa bulan lagi. 

Sementara itu, data yang sama juga menunjukkan penerbitan surat utang yang bahkan minus hingga 14,10% menjadi Rp67,79 triliun per September 2019, dibandingkan dengan September 2018 senilai Rp78,91 triliun.

Menurut Suwandi, penerbitan surat utang tidaklah mudah seiring dengan lebih besarnya minat investor membeli obligasi yang diterbitkan oleh BUMN di sektor infrastruktur. 

"Kinerja pembiayaan masih untung, meski naiknya kecil. Namun, loan to deposit ratio [LDR] bank juga sudah tinggi. Jadi tantangan pendanaan ini harus kita sikapi dengan wajar," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Anggi Oktarinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper