Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Kredit Konservatif, BTN Andalkan KPR Bersubsidi

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. akan lebih fokus pada pengembangan pasar properti subsidi degan target pertumbuhan kredit 10%.
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang utama PT Bank Tabungan Negara Tbk, Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang utama PT Bank Tabungan Negara Tbk, Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. akan lebih fokus pada pengembangan pasar properti subsidi degan target pertumbuhan kredit 10%.

Plt. Direktur Utama BTN Oni Febriarto menyampaikan perseroan membukukan pertumbuhan kredit yang signifikan pada tiga kuartal tahun ini. Hanya saja, semakin mendekati akhir tahun, perseroan lebih selektif dan fokus pada pertumbuhan kredit berkualitas pada segmen properti bersubsidi.

"Kita akan fokus pada perbaikan proses bisnis dan penyaluran KPR [kredit pemilikan rumah] subsidi. Sesuai dengan kompetensi inti BTN. Kami harap tetap bisa dua digit," katanya, Minggu (17/11/2019).

Oni menyampaikan, perlambatan pertumbuhan kredit juga tidak serta merta akan meningkatkan rasio non performing loan (NPL) perseroan. Dia beranggapan penyaluran yang lebih selektif justru akan dapat menjaga kualitas kredit di rasio yang baik.

"Memperbaiki NPL kan bukan dengan ekspansi yang tinggi, tapi ekspansi terukur dan berkualitas," ucapnya.

Sebagai informasi, kenaikan kredit masih ditopang pertumbuhan positif pada KPR Subsidi. KPR Subsidi BTN terkerek 25,54% (year-on-year/yoy) menjadi Rp111,64 triliun pada kuartal ketiga tahun ini.

Sementara itu, pertumbuhan kredit secara keseluruhan berada pada 16,75% yoy menjadi Rp256,9triliun. Meski menunjukkan tren perlambatan sepanjang tahun ini, tetapi raihan tersebut masih lebih tenang dibandingkan dengan industri.

Direktur Legal, Risk and Compliance BTN R Mahelan Prabantarikso memaparkan, kondisi properti menunjukkan tren pertumbuhan melambat, terutama high rise building, mal, dan office building. "Pertumbuhan property biasanya berkorelasi dengan pertumbuhan GDP," imbuhnya.

Menurutnya, pembangunan perumahan tapak, yang backlog-nya masih cukup besar yakni sekitar 7 juta. Namun daya beli masyarakat yang menurun mengakibatkan pertumbuhannya banyak ditopang oleh perumahan subsidi. 

"Regulator juga sudah memberi banyak relaksasi untuk meningkatkan pertumbuhan property, di antaranya pelonggaran LTV. Diharapkan pertumbuhan tahun depan dapat lebih baik lagi seiring dengan harapan pertumbuhan GDP yang semakin baik," tuturnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper