Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BCA: Batasi Kredit Valas, Ini Bahaya Sekali

Pelaku industri perbankan disarankan menahan diri untuk menyalurkan kredit valuta asing di tengah ketidakpastian perekonomian global saat ini.
Euro, dolarHong Kong, dolar AS, yen Jepang, Pound sterling, dan yuan China./Reuters-Jason Lee
Euro, dolarHong Kong, dolar AS, yen Jepang, Pound sterling, dan yuan China./Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri perbankan disarankan menahan diri untuk menyalurkan kredit valuta asing di tengah ketidakpastian perekonomian global saat ini.

Menurut Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja, penyaluran kredit valas harus mulai dibatasi demi mengantisipasi dampak terburuk seandainya krisis ekonomi global terjadi pada 2020.

Jahja juga menyarankan agar perbankan tidak memaksakan penyaluran kredit di tengah melambatnya permintaan pembiayaan.

“Untuk antisipasi global, saya kira yang penting bagi kami jangan memaksakan growth kredit, itu bahaya untuk situasi yang tidak kondusif. Kemudian coba batasi dolar loan, ini bahaya sekali. [Tahun] 1998 kita pengalaman hancurnya perbankan itu karena exchange rate [melonjak dari Rp2.500 ke Rp16.000 dan itu membuat kredit macet total di semua bank,” ujar Jahja saat rapat dengar pendapat di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai kredit valas terhadap pihak ketiga yang disalurkan industri perbankan turun 1,36% secara tahunan menjadi Rp792,32 triliun per September 2019. Penurunan ini terjadi setelah sebelumnya kredit valas meningkat secara yoy pada kuartal I dan II/2019.

Berkurangnya penyaluran kredit valas industri perbankan terlihat dari kondisi di PT Bank OCBC NISP Tbk. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, per September 2019 nilai pembiayaan dalam bentuk valas menurun dari 24% menjadi 20% secara yoy.

“Bukan dikurangi, memang menurun dari 24% menjadi 20%. Bisnisnya berkurang, mungkin kebutuhannya ya, yang juga faktor risiko juga jadi kombinasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper