Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank JTrust Ingin Kembali ke Lantai Bursa

Bank JTrust berencana kembali melakukan pencatatan kembali saham di Bursa Efek Indonesia (relisting) sekaligus melepas kembali sejumlah sahamnya kepada publik.
Ilustrasi situs Jtrust Bank/jtrustbank.co.id
Ilustrasi situs Jtrust Bank/jtrustbank.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank JTrust Indonesia Tbk. berencana kembali melakukan pencatatan kembali saham di Bursa Efek Indonesia (relisting) sekaligus melepas kembali sejumlah sahamnya kepada publik.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kantor Jasa Penilai Publik Kusnanto & Rekan baru saja menyelesaikan penilaian atas 100,00% saham Bank JTrust.

"Alasan dan latar belakang kegiatan tersebut adalah agar Bank JTrsust dapat (relisting) sekaligus melepas kembali sejumlah sahamnya kepada publik," kata Kantor Jasa Penilai Publik Kusnanto & Rekan Andi Wijaya dalam keterbukaan informasi tersebut, Jumat (3/1/2019).

Adapun, menurut pendapat KJJP tersebut, nilai pasar wajar obyek penilaian adalah sebesar Rp5,51 triliun.

Berdasarkan catatan Bisnis, kondisi keuangan Bank JTrust mulai membaik sejak 2017. Namun, setelah melakukan konsolidasi keuangan membuat bank ini belum bisa banyak bergerak untuk ekspansi.

Perseroan eks Bank Century dan Bank Mutiara ini memiliki sejarah yang cukup panjang dalam melawan kredit bermasalah. Ketika pertama kali dipinang pada 2014 oleh J Trust Co. Ltd., perseroan rasio non-performing loan (NPL) gross perseroan masih 12%.

Kualitas kredit ini sempat membaik ke posisi 3,71% pada 2015, tetapi memburuk lagi pada tahun berikutnya menjadi 6,98%. Pada 2017, rasio NPL gross ini mampu diturunkan kembali oleh pengurusnya ke posisi 2,94%. Pada akhir tahun lalu dan paruh pertama tahun ini, rasio NPL gross masing-masing tercatat 4,26% dan 3,68%

Guna memulihkan  kondisi keuangan ini, Bank Jtrust terpaksa menelan obat pahit berupa beban pencadangan yang mahal setiap tahun, rata-rata Rp300 miliar per tahun pada 2014-2018.

Dengan beban yang besar tersebut, pendapatan bunga bersih perseroan terkoreksi sehingga pengaruh pada mencetak laba. Bahkan, perseroan harus rela mencatatkan rugi rata-rata Rp500 miliar per tahun sejak 5 tahun silam.

Bank yang tergolong sebagai bank umum kelompok usaha (BUKU) II ini sebenarnya menunjukkan pertahanan diri yang cukup kuat karena mampu menjaga capital adequacy ratio (CAR) di kisaran 14%. Hanya saja, rasio modal tersebut didukung sepenuhnya oleh suntikan modal baru dari investor Jepang, yang terkenal sangat setia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper