Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peningkatan Investasi & Ekspor Bisa Dorong Pertumbuhan Kredit Perbankan

Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pertumbuhan kredit hingga akhir 2019 hanya pada kisaran 6,08%, mengingat investasi dan aktivitas ekspor yang masih cenderung melambat.
Aktivitas Layanan nasabah di kantor cabang Bank Panin, di Jakarta, Jumat (5/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Aktivitas Layanan nasabah di kantor cabang Bank Panin, di Jakarta, Jumat (5/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA— Melambatnya pertumbuhan kredit perbankan dinilai sebagai dampak dari investasi dan aktivitas ekspor yang belum signifikan.

Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pertumbuhan kredit hingga akhir 2019 hanya pada kisaran 6,08%, mengingat investasi dan aktivitas ekspor yang masih cenderung melambat.

“Kalau investasi meningkat itu berarti kebutuhan akan permodalan misalnya untuk belanja barang modal lainnya, maka permintaan kredit bisa meningkat,” kata Josua kepada Bisnis.com, Kamis (16/1/2020).

Menurutnya, yang dapat meningkatkan pertumbuhan kredit adalah siklus ekonomi yang membaik. Jadi, apabila ekspektasi pertumbuhan ekonomi lebih baik, dan investasi cenderung membaik maka akan mendorong permintaan kredit. Dia berharap dengan meningkatnya komitmen investasi dari berbagai negara mampu mendorong kredit perbankan pada tahun ini. Apalagi, hal tersebut diperkuat dengan kebijakan pemerintah melalui Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.

Ketika investasi meningkat, maka dari sisi belanja masyarakat akan membaik sehingga permintaan kredit dari sisi konsumsi dan korporasi juga akan mengarah pada perbaikan.

“Paling cepat di kuartal II atau III pertumbuhan kredit pada kisaran 7%-10%, mengingat pada semester I tren pertumbuhan kredit masih cukup rendah karena penyesuaian suku bunga yang masih berlanjut,” jelasnya.

Dia mengatakan apabila aktivitas ekonomi mulai berjalan baik maka dengan sendirinya permintaan kredit akan meningkat, meskipun prosepek penurunan suku bunga BI masih terbatas. Dia menekankan penurunan pertumbuhan kredit karenakan permintaan yang melambat sebagai dampak dari aktivitas ekonomi yang melambat, bukan dari sisi penawaran perbankan.

“BI sudah memberikan respons dengan penyesuaian dengan menurunkan suku bunga, sehingga kondisi likuiditas tahun ini juga membaik lagi dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper