Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri: Penyaluran Kredit 2020 Hadapi Berbagai Tantangan

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. melihat penyaluran kredit pada tahun ini memiliki beberapa tantangan, antara lain alternatif pembiayaan yang ada, baik untuk korporasi maupun masyarakat, serta isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Karyawati menghitung uang pecahan Rp100.000 di salah satu kantor cabang milik Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawati menghitung uang pecahan Rp100.000 di salah satu kantor cabang milik Bank Mandiri, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memproyeksikan permintaan kredit bakal menghadapi berbagai tantangan pada tahun ini.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan perseroan melihat salah satu pendorong yang bisa menurunkan permintaan kredit bank pada tahun ini adalah alternatif pembiayaan perusahaan dari capital market non-kredit seperti penerbitan obligasi, penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), dan rights issue.

Selain itu, perkembangan financial technology atau fintech juga menjadi pilihan pembiayaan selain perbankan bagi masyarakat.

Meskipun demikian, berdasarkan paparan pada analyst meeting kuartal IV/2019, Bank Mandiri tetap menargetkan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi secara average balance, yakni dikisaran 8 persen-10 persen pada tahun ini.

"Penerbitan obligasi, IPO, dan rights issue menjadi tantangan dalam penyaluran kredit Bank Mandiri, serta peningkatan jumlah fintech yang mendapatkan izin operasi oleh OJK dalam penyaluran pinjaman," katanya kepada Bisnis, Senin (3/2/2020).

Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta pertumbuhan ekonomi Negara Tirai Bambu, yang saat ini melambat, juga akan berpengaruh terhadap lemahnya pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia, seperti batu bara, crude palm oil (CPO), maupun karet penjualannya akan cenderung stagnan.

Hal tersebut akan berdampak pada penurunan penyaluran kredit perbankan. Menurutnya, selain mempengaruhi penurunan penyaluran kredit perbankan, kondisi ekonomi global tersebut juga akan memperlebar defisit neraca berjalan.

Diproyeksikan defisit neraca berjalan akan sedikit melebar sebesar 2,88 persen dari produk domestik bruto (PDB) akibat peningkatan iklim investasi domestik yang dapat meningkatkan impor bahan baku dan barang modal sehingga terjadinya capital inflow.

"Pelebaran defisit transaksi berjalan ini akan menjadi risiko penurunan nilai tukar," sebutnya.

Adapun, penyaluran kredit bank dengan logo pita emas ini selama 2019 yaitu senilai Rp907 triliun atau tumbuh 10,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper