Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis Ingatkan Kriteria Bank Disukai Konsumen

Pemangkasan biaya transaksi perbankkan akan meningkatkan keinginan masyarakat untuk menggunakan layanan digital.
Direktur Utama Artajasa Bayu Hanantasena (dari kiri) berbincang dengan CEO Citibank Batara Sianturi, Staf ahli Menteri Kominfo Henri Subiakto, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira dan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Fahmi Achmad berbincang di sela-sela seminar nasional bertema Peran Transaksi Elektronis Terhadap Perekonomian Indonesia di Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Direktur Utama Artajasa Bayu Hanantasena (dari kiri) berbincang dengan CEO Citibank Batara Sianturi, Staf ahli Menteri Kominfo Henri Subiakto, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira dan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Fahmi Achmad berbincang di sela-sela seminar nasional bertema Peran Transaksi Elektronis Terhadap Perekonomian Indonesia di Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Industri perbankan masih memiliki ruang memangkas biaya transaksi seperti biaya transfer untuk meningkatkan keinginan masyarakat bertransaksi dalam jaringan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai biaya transaksi di perbankan harus ditekan serendah mungkin. Menurutnya, industri perbankan memang tengah menikmati mengembangnua pendapatan dari komisi dari transaksi. Model bisnis ini diyakini tidak akan bertahan lama karena ke depan bank yang akan disukai nasabah adalah mereka yang mampu memberikan biaya paling kompetitif.

"Mungkin tidak sampai nol Rupiah. Ini jangan dilihat dari sisi pendapatan yang berkurang, melainkan nantinya konsumen bank akan menjadi loyal. Sehingga dapat diarahkan menggunakan layanan bank lainnya, misalnya kredit konsumer, kartu kredit, hingga KPR," katanya, Selasa (11/2/2020).

Bhima menilai pengurangan biaya transaksi sangat mungkin dilakukan karena perusahaan switching juga tidak pengambil porsi yang besar dari transaksi tersebut.

"Bank harus inovatif, menciptakan pendapatan yang sehat, harus punya produk lainnya sehingga tidak hanya dari satu sumber dari fee hanya transaksi," jelasnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, transaksi menggunakan kartu ATM dan ATM+debet tercatat tumbuh melambat. Volume transaksi pada 2019 tercatat tumbuh 9,67 persen yoy, melambat dari 2018 yang tercatat 12,54 persen yoy.

Jika ditelisik lebih jauh, transaksi intrabank dan antarbank menjadi kontributor perlambatan tersebut. Pada 2018, pertumbuhan volume transaksi transfer intrabank sebesar 12,34 persen yoy dan transfer antarbank 18,57 persen yoy.

Sementara pada 2019, volume transaksi transfer intrabank tumbuh mini sebesar 2,72 persen yoy dan transfer antarbank 4,64 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper