Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield Turun, Minat Dapen Berinvestasi ke Obligasi Menurun

Industri dana pensiun mengalami penurunan minat investasi ke produk obligasi, karena mengecilnya imbal hasil instrumen tersebut yang akan memengaruhi perolehan investasi dana pensiun.
Dana pensiun/Istimewa
Dana pensiun/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Dana Pensiun Indonesia atau ADPI menilai bahwa penurunan imbal hasil investasi dari obligasi berpotensi menurunkan minat investasi industri dana pensiun ke instrumen tersebut.

Ketua Umum ADPI Suheri menjelaskan bahwa penurunan minat tersebut dapat terjadi karena mengecilnya imbal hasil instrumen tersebut akan memengaruhi perolehan investasi dana pensiun (dapen).

"Karena kalau dapen beli berarti kuponnya rendah yang langsung ber-impact terhadap return of investment [roi] Dapen. Walau untuk yang lama-lama dimiliki, di sisi lain harganya naik, tapi tergantung seberapa banyak obligasi baru terbit yang dibeli oleh dapen," ujar Suheri kepada Bisnis, Minggu (23/2/2020).

Dia menjelaskan bahwa dalam kondisi saat ini, industri dapen tidak akan tertarik berinvestasi di obligasi yang sedang turun imbal hasilnya, jika terdapat pilihan lain yang lebih baik. Namun, dia pun menjelaskan bahwa industri tidak akan serta merta mengubah portofolio investasi.

"Saya kira dapen tidak akan serta merta menggantinya [investasi di obligasi ke instrumen lain]. Setiap dapen pasti punya arahan investasi, dan sebaiknya dapen tetap berorientasi jangka panjang dalam penempatan investasinya," ujar Suheri.

Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi andalan dana pensiun. Berdasarkan statistik dana pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investasi dana pensiun di obligasi mencapai Rp130,03 triliun pada 2019 atau mencakup 46% dari total investasi industri senilai Rp282,63 triliun.

Komposisinya mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan 2018, meskipun tidak begitu signifikan. Pada 2018, investasi dapen di obligasi mencapai Rp117,92 triliun atau sekitar 45,19% dari total investasi industri senilai Rp260,94 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper