Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Lalu, Hanya Kelompok Bank Besar Catatkan Pertumbuhan Laba

Dari empat kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU), hanya bank BUKU IV yang mencatatkan pertumbuhan laba selama 2019. Kelompok lainnya kompak membukukan penurunan laba.

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja keuangan kelompok bank umum di Indonesia mayoritas merosot selama 2019 . Dari empat kategori bank, hanya BUKU IV yang masih bisa menumbuhkan laba.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan, selama tahun lalu, laba Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I tercatat senilai Rp457 miliar rupiah. Nilai tersebut turun sebesar 34,71 persen dibandingkan dengan realisasi 2018.

Penurunan laba bank BUKU I terlihat sejak 2016 hingga saat ini. Penurunan laba juga terjadi pada bank BUKU II dengan modal Rp1 triliun hingga Rp5 triliun.

Pada 2019 nilai laba bank kelompok ini senilai Rp9,00 triliun atau turun 1,9 persen secara tahunan. Padahal laba bank BUKU II sempat mengalami peningkatan pada 2016 dengan pertumbuhan sebesar 3,8 persen dibandingkan dengan 2015.

Penurunan laba juga terjadi pada kelompok BUKU III. Pada 2019 nilai laba bank kategori ini sebesar Rp34,478 triliun atau turun 10,04 persen yoy.

Sementara itu, laba bank BUKU IV terlihat terus meningkat. Pada 2019, nilai laba bank dengan modal inti paling besar ini Rp108,356 triliun atau naik 9,45 persen yoy.

Perlu dicatat penurunan laba bank BUKU I terjadi seiring dengan penurunan jumlah bank. Pada 2018 terdapat sebanyak 18 bank, sedangkan pada tahun lalu sebanyak 13 bank.

Sementara itu, jumlah bank BUKU II meningkat dari 46 bank pada 2015 menjadi 52 bank pada 2019. Peningkatan juga terjadi pada bank BUKU III yang berjumlah 22 bank pada 2015 menjadi 25 bank pada 2016. Bank BUKU IV juga naik dari sebelumnya berjumlah 4 pada 2015 menjadi 6 pada 2019.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan sebagian besar bank buku kecil sangat rentan terhadap anjloknya harga komoditas seperti sawit, karet, dan batu bara.

Fluktuasi harga komoditas ini membuat debitur kesulitan membayar kewajibannya sehingga bank terpaksa mengerem penyaluran kredit.

Faktor berikutnya dari sisi kredit konsumsi. Bahkan, pertumbuhan ekonomi di Maluku & Papua selama 2019 terkontraksi minus 7,4 persen.

"Perekonomian di Indonesia bagian timur lesu akibat penurunan produksi freeport. Ini imbasnya secara nasional," katanya kepada Bisnis, Selasa (3/3/2020).

Menurutnya, ada faktor lain yang menjadikan perlambatan pertumbuhan laba bank kecil, yakni karena permodalan yang dipaksa naik. Kondisi ini membuat bank-bank yang sebelumnya menyumbang pertumbuhan laba tinggi di BUKU I berpindah ke BUKU II.

"Sehingga, terjadi pergeseran bank yang berkualitas jadi bank BUKU II," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper