Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Volatil, Bagaimana Rencana Right Issue BRI Agroniaga (AGRO)?

Bank BRI Agroniaga menargetkan dapat meraup modal Rp700 miliar dari aksi korporasi ini.
Karyawan melayani nasabah di cabang utama salahBank BRI Agro , di Jakarta, Senin (27/1/2020)
Karyawan melayani nasabah di cabang utama salahBank BRI Agro , di Jakarta, Senin (27/1/2020)

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BRI Agroniaga Tbk. (AGRO) akan meninjau ulang aksi right issue.

Right issue adalah penerbitan saham baru dengan pemberian hak pembelian terlebih dahulu kepasa investor lama. Dampak aksi korporasi ini akan membuat pemegang saham menyusut persentase kepemilikannya (dilusi) jika tidak melakukan penambahan kepemilikan pada saham baru.

Direktur Utama PT Bank BRI Agroniaga Tbk. (BRI Agro) Ebeneser Girsang mengatakan aksi ini harus dievaluasi karena kondisi pasar modal yang tengah volatil.

"Right issue akan ditinjau ulang," kata Ebeneser, Minggu (15/3/2020).

Rencana aksi korporasi anak usaha Bank BRI ini sedianya untuk mempertebal modal dengan target Rp700 miliar. Rencana ini juga penundaan dari seharusnya dieksekusi pada tahun lalu.

Aksi korporasi tersebut rencananya ditujukan untuk memperluas ekspansi bisnis sekaligus mendorong BRI Agro naik kelas ke Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III.

Pada kesempatan berbeda, Head of Corporate Secretary Division PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (Bank BJB) Widi Hartoto mengatakan rencana right issue perseroan masih akan tetap dijalankan sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) pada 2020.

Namun, perseroan akan kembali membahas rencana tersebut melihat kondisi pasar saham saat ini, juga baru-baru ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan izin bagi emiten untuk membeli kembali saham tanpa RUPS.

"Right issue akan tetap dijalankan, tapi melihat kondisi seperti ini akan dibahas lagi. OJK juga baru mengizinkan buyback saham, keputusannya akan keluar dalam waktu dekat ini," jelasnya.

Di samping itu, perseroan juga akan melancarkan aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMT-HMETD) atau private placement dengan target Rp412 miliar.

Private placement ini merupakan tahap kedua. Tahap pertama telah di lakukan pada akhir 2018 dengan total dana yang diperoleh sebesar Rp272 miliar.

Penambahan modal tersebut dilakukan perseroan untuk menunjang ekspansi bisnis. Pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit 10 persen dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp81,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper