Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Hanya Karena Corona, Kinerja Bank Sudah Melambat Sejak Awal Tahun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengaku perlambatan kinerja di sektor jasa keuangan telah terjadi sejak awal tahun. 
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi menyampaikan sambutan pada Property Expo di Jakarta, Kamis (27/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi menyampaikan sambutan pada Property Expo di Jakarta, Kamis (27/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengaku perlambatan kinerja di sektor jasa keuangan telah terjadi sejak awal tahun. 

Adapun Bank Mandiri berhasil meraup laba sebesar Rp4,761 triliun pada 2020 atau naik 107,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kendati begitu, capaian itu mengalami penurunan sebesar 9,18 persen dari perolehan Februari 2019 yang tercatat sebesar Rp5,242 triliun.

Meskipun laba menurun, kredit Bank Mandiri tetap bertumbuh sebesar 10,66 persen pada Februari 2020 dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp766,764 triliun.

Wakil Direktur Utama Bank Direktur Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan, pada awal 2020, pertumbuhan bisnis agak melambat akibat banyak faktor yakni virus corona hingga juga pertumbuhan ekonomi global yang mengalami perlambatan. Dari sejumlah faktor tersebut, perlambatan ekonomi global menjadi faktor yang paling mempengaruhi kinerja perbankan di awal tahun.   

Meskipun demikian, Bank Mandiri mengaku pada Februari 2020, bisnis masih berjalan cukup baik dengan didorong oleh pendapatan dari interest income dan fee based income yang mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan peroide sebelumnya. Kedua komponen tersebut menjadi pendorong pertumbuhan kinerja Bank Mandiri selama Februari 2020.

“Perlambatan ekonomi global paling berpengaruh dan mempengaruhi permintaan kredit,” katanya kepada Bisnis, Rabu (8/4/2020).

Terpisah, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan kredit pada Februari 2020 masih cenderung melambat. Hanya saja, perlambatan ini belum didorong oleh COVID-19 di dalam negeri melainkan karena dipengaruhi kondisi perekonomian Tiongkok.

Adapun, dalam satu hingga dua tahun terakhir, perekonomian Tiongkok mengalami perlambatan akibat perang dagang sehingga mempengaruhi permintaan kredit dari beberapa sektor ekonomi antara lain perdagangan dan manufaktur.

Menurutnya, tren dari kredit modal kerja memang cenderung mengalami perlambatan sejak Februari 2019 hingga hanya bertumbuh sebesar 3,49 persen pada Feburari 2020. Berbeda halnya, dengan kredit konsumsi yang meskipun melambat sejak Februari 2019, tetapi pertumbuhannya masih tergolong stabil.

Di sisi lain, masih tingginya pertumbuhan kredit investasi memberikan sinyal bahwa masih cukup tingginya insentif pengusaha memperluas bisnisnya ataupun pengusaha asing yang berencana berinvestasi di Indonesia.

“Ini merupakan sinyal bahwa sebelum COVID-19 menyebar, iklim bisnis di Indonesia cenderung berada di posisi yang baik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper