Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat: Suku Bunga Turun, Kredit Berpotensi Lesu Hingga Akhir Tahun

Penurunan suku bunga perbankan belum akan efektif mendorong permintaan kredit lantaran kondisi sebagian besar sektor ekonomi cenderung memburuk.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan suku bunga perbankan belum akan efektif mendorong permintaan kredit lantaran kondisi sebagian besar sektor ekonomi cenderung memburuk.

Adapun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen berdasarkan rapat dewan gubernur (RDG) 19 - 20 Februari 2020. Selanjutnya, pada RDG 18-19 Maret 2020, BI-Rate kembali turun 25 bps menjadi 4,50 persen.

Sementara itu, mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tren suku bunga simpanan sudah melandai dengan penurunan suku bunga acuan BI dan suku bunga kredit masih menunjukkan tren penurunan. Rata-rata suku bunga kredit bank umum per Januari 2020 adalah sebesar 10,48 persen sedangkan suku bunga tabungan 1,18 persen. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan transmisi suku bunga ke pasar uang berjalan cukup baik. Hal tersebut tercermin pada penurunan suku bunga PUAB over night (O/N) sebesar 126 bps menjadi 4,58 persen dan suku bunga JIBOR tenor 1 minggu sebesar 141 bps menjadi 4,83 persen sejak akhir Juni 2019.

Transmisi ke penurunan suku bunga perbankan berlanjut di mana rerata tertimbang suku bunga deposito pada Februari 2020 tercatat 6,16 persen, turun 67 bps sejak akhir Juni 2019, sedangkan suku bunga kredit modal kerja turun 35 bps menjadi 10,07 persen.

Menurutnya, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sejak pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini memang berpotensi mendorong penurunan suku bunga kredit. Namun penurunan suku bunga kredit tersebut masih terbatas lantaran risiko kredit perbankan cenderung meningkat.

"Di tengah masa pandemi COVID-19 ini, penurunan suku bunga perbankan diperkirakan belum akan efektif mendorong permintaan kredit mempertimbangkan kondisi sebagian besar sektor ekonomi cenderung memburuk,” katanya kepada Bisnis, Kamis (9/4/2020).

Adapun pertumbuhan kredit per Februari masih belum kuat dan cenderung melambat. Pertumbuhan kredit selama Febuari 2020 sebesar 5,93% secara year-on-year/yoy. Pertumbuhan itu melambat dari bulan sebelumnya yang tercatat 6,10% yoy. Sementara itu, pertumbuhan DPK per Februari 2020 tercatat 6,8% yoy, relatif sama dibandingkan bulan sebelumnya. Menurutnya, perlambatan laju kredit perbankan tersebut dipengaruhi oleh lemahnya permintaan kredit sejalan dengan siklus ekonomi yang cenderung masih melambat sejak  kuartal IV/2019.

Pertumbuhan kredit diperkirakan kembali melambat pada tahun ini lantaran terdampak COVID-19. COVID-19 berdampak pada perlambatan ekonomi domestik pada 2020, yang secara khusus akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga dan investasi swasta.

Pertumbuhan kredit hingga akhir 2020 diperkirakan melambat menjadi kisaran 4-6% yoy. Permintaan kredit pada 2021 diperkirakan baru akan kembali meningkat seiring pemulihan ekonomi domestik dengan prediksi berada pada kisaran 6-8% yoy.

"Mempertimbangkan bahwa tekanan pada sebagian besar sektor produktif dan konsumsi masyarakat yang terpengaruh karena dampak negatif COVID-19, maka pertumbuhan kredit tahun 2020 ini diperkirakan pun diperkirakan masih lemah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper