Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Potensi Pemerintah & Korporasi Berebut Dana di Depan Mata

Realisasi pembiayaan utang melalui surat berharga negara (SBN) secara bruto per akhir April 2020 tercatat sudah mencapai Rp485,66 triliun.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan surat utang negara yang semakin tinggi akan menimbulkan crowding out dan mempengaruhi likuiditas perbankan.

Sebagai infromasi, realisasi pembiayaan utang melalui surat berharga negara (SBN) secara bruto per akhir April 2020 tercatat sudah mencapai Rp485,66 triliun.

Secara lebih rinci, penerbitan SBN dalam bentuk SUN berdenominasi rupiah tercatat sudah mencapai Rp360,08 triliun, sedangkan dalam bentuk SUN valas mencapai Rp110,05 triliun. Penerbitan SBN dalam bentuk sukuk tercatat mencapai Rp125,57 triliun.

Pengamat Ekonomi dari Perbanas Institute Piter Abdullah mengatakan dengan kondisi pasar keuangan yang tertekan ketidakpastian akibat Covid-19, investor akan cenderung menahan investasi dan lebih memilik dana cash. Jika pun tetap melakukan investasi, investor akan memilih bentuk investasi yang tidak terlalu berisiko.

Menurutnya, karena hal itu, ketika ada pilihan SBN maupun obligasi korporasi atau swasta, investor akan lebih memilih SBN. Kondisi ini menimbulkan crowding out atau perebutan dana publik antara pemerintah dan swasta.

"Jadi, jelas bahwa penerbitan SBN yang begitu besar akan semakin memperkecil peluang swasta mendapatkan dana dari penerbitan bond," katanya kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).

Menurutnya, dengan kondisi tersebut, bank sentral menjadi harapan bagi bank untuk memberikan pinjaman likuiditas. Hanya saja, dengan fasilitas lender of the last resort, pinjaman Bank Indonesia kepada perbankan hanya bersifat fasilitas pinjaman jangka pendek.

Hingga saat ini, belum ada upaya yang mampu mengatasi krisis likuiditas akibat wabah Covid-19.

"Kalau di Amerika Serikat, The Fed langsung membeli surat utangnya korporasi, pola ini harusnya bisa kita lakukan juga," katanya.

Terpisah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. masih optimistis dalam menerbitkan obligasi meskipun pemerintah meningkatkan penerbitan surat utang.

Direktur Treasury, International Banking & Special Asset Management Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan kondisi tersebut tidak akan membuat terjadinya persaingan antara bank dengan pemerintah dalam memperoleh dana. Upaya untuk mencari dana di pasar obligasi dinilai tetap akan mengikuti mekanisme yang ada.

"Mekanisme pasar normal saja [persaingan di pasar obligasi dengan pemerintah], hal ini tidak akan menyulitkan bank dalam menerbitkan obligasi," katanya kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper