Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Pandemi, Bank Mandiri Tetap Rilis Surat Utang demi Bertahan

Bank Mandiri sejak awal tahun ini telah menerbitkan penawaran umum berkelanjutan (PUB) II Tahap 1 senilai Rp1 triliun dan Euro Medium Term Notes dengan total nilai US$1,25 miliar.
Nasabah melakukan transaksi elektronik lewat ATM Bank Mandiri di Jakarta, Senin (1/10/2019). Bisnis/Nurul Hidayat
Nasabah melakukan transaksi elektronik lewat ATM Bank Mandiri di Jakarta, Senin (1/10/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. tetap melanjutkan penerbitan surat berharga berbasis utang di tengah pandemi Covid-19. Alih-alih melakukan penundaan, penerbitan surat berharga tersebut menjadi langkah perseroan bertahan di tengah pandemi.

Bank Mandiri sejak awal tahun ini telah menerbitkan penawaran umum berkelanjutan (PUB) II Tahap 1 senilai Rp1 triliun dan Euro Medium Term Notes (EMTN) dengan total US$1,25 miliar.

Direktur Treasury, International Banking & Special Asset Management Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengakui perseroan memang berencana melakukan penerbitan PUB II tahap 1 pada tahun ini senilai Rp3 triliun. Namun, dalam perkembangannya, perseroan melakukan revisi menjadi Rp1 triliun.

Meskipun demikian, Darmawan mengatakan revisi tidak akan dilakukan pada penerbitan EMTN. Perseroan tetap akan melakukan penerbitan EMTN sesuai rencana yakni senilai US$2 miliar pada tahun ini.

Menurutnya, EMTN tersebut telah direncanakan jauh-jauh hari sebelum pandemi Covid-19 terjadi yakni tepatnya pada 2018. Apabila dirinci, dari rencana penebitan EMTN US$2 miliar, perseroan telah menerbitkan US$750 juta pada April 2020 dan US$500 juta pada 13 Mei 2020 kemarin.

"Jadi, masih ada yang akan diterbitkan lagi US$750 juta. Belum diputuskan kapan," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/4/2020).

Pada awalnya, penerbitan EMTN tahun ini merupakan bagian dari strategi bank untuk mendukung pertumbuhan bisnis secara jangka menengah dan panjang. Namun, ketika terjadi pandemi Covid-19, perseroan memanfaatkan rencana penerbitan EMTN ini sebagai antisipasi kondisi pasar yang terdampak pandemi.

"Belum ada rencana penerbitan obligasi lainnya hingga saat ini," katanya.

Padahal, penerbitan obligasi perbankan tahun ini diprediksi tidak akan sebesar tahun lalu mengingat potensi pasar yang jauh lebih rendah.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengakui kebutuhan bank akan likuiditas bisa jadi mendorong penerbitkan obligasi. Namun, perbankan juga menyadari potensi pembeli yang akan jauh lebih rendah sehingga menyebabkan imbal hasil yang harus ditawarkan akan lebih tinggi.

Menurutnya, lantaran kondisi tersebut, penerbitan obligasi perbankan akan jauh lebih rendah. Perbankan justru akan mengurangi kebutuhan likuiditas.

"Saya perkirakan bank-bank tidak akan jor-joran menerbitkan obligasi, penerbitan obligasi akan lebih rendah daripada tahun lalu," katanya.

Menurutnya, selain obligasi, sumber likuiditas perbankan lainnya pun sangat terbatas di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi. Perbankan akan menahan penyaluran kredit sebagai bentuk upaya untuk menjaga likuiditas yang serba terbatas.

Satu-satunya pilihan yakni lewat penyaluran kredit yang selektif. Selain itu, bank juga harus mulai mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.

"Yang akan lebih dipilih oleh bank mengurangi kebutuhan likuiditas, menahan atau lebih selektif dalam penyaluran kredit," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper