Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom LPEM UI: BI Jangan Buru-Buru Pangkas Suku Bunga

Suku bunga acuan perlu dipertahankan untuk menjaga ketahanan eksternal di tengah meningkatnya ketidakpastian.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - LPEM FEB UI menghimbau agar Bank Indonesia (BI) tidak buru-buru menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) dari level 4,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei ini.

Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan suku bunga acuan perlu dipertahankan untuk menjaga ketahanan eksternal di tengah meningkatnya ketidakpastian.

Dari sisi eksternal, LPEM FEB UI mencatat volatilitas global mulai mereda dan membantu perbaikan kondisi pasar keuangan domestik.

Beberapa negara juga telah melonggarkan lockdown sehingga kegiatan ekonomi pun mulai hidup kembali.

Nilai tukar rupiah tercatat mulai menguat ke nominal Rp14.800 per dolar AS didukung oleh penerbitan global bonds sebesar US$4,3 miliar dan adanya perbaikan sentimen terhadap negara berkembang.

Aliran modal yang stabil dalam beberapa waktu terakhir juga mendorong yield obligasi pemerintah atau SBN turun 22 bps dan 15 bps menjadi 7,86 persen untuk obligasi tenor 10 tahun dan 5,55 persen untuk obligasi bertenor 1 tahun.

"Namun, ketidakpastian yang tinggi masih membayangi karena penyebaran Covid-19 masih terus meningkat di dalam negeri," kata Riefky, Senin (18/5/2020).

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal I/2020 tertekan ke angka 2,97 persen (yoy). Mengingat kuartal I/2020 bukanah puncak pandemi, prospek suram ekonomi terlihat semakin jelas ke depannya.

Melemahnya permintaan, gangguan pada global supply chain, dan turunnya harga komoditas akan menekan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020. 

Meski demikian, inflasi diproyeksikan masih akan stabil karena melemahnya permintaan menekan dampak dari gangguan suplai yang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper