Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berapa Suku Bunga Simpananmu? LPS Laporkan Rata-rata 4,96 Persen

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan tingkat suku bunga simpanan rata-rata di bank per 18 Mei 2020 sebesar 4,96 persen.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat suku bunga simpanan per 18 Mei 2020 berada pada tingkat 4,96 persen.

Simpanan adalah dana dalam rupiah dan valuta asing yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

Tingkat suku bunga simpanan ini mencatatkan penurunan sejak obesrvasi dimulai pada Maret 2020. Pada periode observasi 17 April hingga 18 Mei 2020, suku bunga simpanan mengalami penurunan sebesar 11 basis poin menjadi 4,96 persen dibandingkan 5,07 persen pada periode observasi sebelumnya pada Maret 2020.

Begitu juga dengan rata-rata suku bunga simpanan valuta asing yang turun sebesar 8 basis poin (bps) menjadi 0,72 persen.

Sementara itu, tingkat bunga pasar uang antar bank terpantau stabil dengan kecenderungan menurun secara terbatas.

Pada periode observasi yang sama, rata-rata Jakarta Interbank Offered Rate (Jibor) 1 bulan dan Jibor 3 bulan terpantau turun 4 bps masing masing menjadi 4,81 persen dan 4,90 persen.

Sementara pergerakan suku bunga antar bank internasional atau London Interbank Offered Rate (Libor), pada periode observasi 13 April hingga 18 Mei 2020, juga terpantau turun. Rata-rata suku bunga LIBOR dolar overnight terpantau turun 8 bps menjadi 0,06 persen. Pada periode pengamatan yang sama, rata rata suku bunga LIBOR 1 bulan juga turun 53 bps menjadi 0,17 persen dan LIBOR 3 bulan juga turun 60 bps menjadi 0,38 persen.

"Kondisi dan prospek likuiditas perbankan terpantau masih relatif stabil meskipun terdapat tendensi peningkatan risiko sebagai dampak dari perlambatan ekonomi," kata Ketua LPS Halim nya, belum lama ini.

Menurut Halim, kondisi likuiditas domestik dan internasional yang cukup stabil tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pelonggaran likuiditas oleh Bank Indonesia melalui perluasan dan penurunan GWM untuk rupiah dan valuta asing. Juga strategi Bank Indonesia untuk melakukan intervensi melalui pasar surat berharga yang menyebabkan likuiditas di perbankan mengalami pelonggaran.

Selanjutnya tren penurunan suku bunga internasional yang dipengaruhi arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat dan beberapa bank sentral negara utama lainnya yang akhir-akhir ini secara agresif melakukan pemangksan tingkat bunga. Saat yang sama sejumlah bank sentral dunia juga melakukan injeksi likuiditas melalui berbagai stimulus.

Sementara dari sisi fiskal, pemerintah Indonesia melakukan berbagai langkah-langkah luar biasa mencakup perluasan kapasitas fiskal, fleksibilits defisit, dan realokasi dana dari APBN.

"Hal ini sepenuhnya ditempuh dalam rangka mencegah resesi yang lebih buruk yang seperti kita ketahui sekarang ini telah meluas hampir diseluruh belahan dunia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper