Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Siap Tarik Pinjaman Siaga US$1 Miliar

Penarikan pinjaman siaga merupakan salah satu opsi yang disiapkanuntuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas saat subsidi bunga dari pemerintah belum juga cair.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso menjawab pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berencana mencairkan pinjaman siaga atau standby loan sebesar US$1 miliar untuk mengantisipasi  likuiditas yang berkurang akibat restrukturisasi kredit.

Sampai saat ini, BRI mengaku masih belum mendapat bantuan likuiditas dan subsidi dari pemerintah. Padahal, bank tersebut telah melakukan restrukturisasi kepada 2,3 juta debitur dengan baki kredit Rp 140,24 triliun selama periode 16 Maret - 26 Mei 2020.

Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, pihaknya telah menyiapkan beberapa skenario yang diperlukan untuk mengantisipasi likuiditas jika subsidi bunga dari pemerintah belum juga cair.

“Salah satunya mencairkan pinjaman siaga atau standby loan sebesar US$1 miliar dengan bunga murah,” ujar Sunarso dalam acara Virtual Halalbihalal Pemimpin Redaksi dengan Jajaran Direksi BRI, Jumat (5/6/2020).

Untuk diketahui, penerapan restrukturisasi pinjaman  mencakup penundaan pembayaran pokok dan bunga maupun pengurangan bunga. Hal itu diakui BRI telahmempengaruhi likuiditas dan profitabilitas.

Skibat penundaan pembayaran angsuran pokok., penempatan dana baru pemerintah di Bank Himbara dengan suku bunga khusus juga perlu dilakukan untuk mengganti likuiditas 

"Kita masih butuh dukungan karena penundaan pembayaran pokok akan mengakibatkan tidak diterimanya pembayaran nasabah pada bank artinya likuiditas berkurang," katanya.

Secara rinci, restrukturisasi terbesar dilakukan pada sektor mikro dengan jumlah debitur sebanyak 1,158 juta debitur dengan baki debet Rp56,07 triliun.

Selanjutnya, restrukturisasi juga dilakukan pada sektor kredit usaha rakyat (KUR) sebanyak 1,04 juta debitur dengan baki debet Rp18,67 triliun.

Restrukturisasi pada sektor ritel dilakukan pada 78.392 debitur dengan baki debet Rp57,52 triliun, sektor konsumer sebanyak 26.040 debitur dengan baki debet Rp6,77 triliun, dan menengah korporasi 43 debitur dengan baki debet Rp1,19 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper