Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Corona, BNI Proyeksi Kinerja Kredit Tumbuh 4 Persen

Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan perseroan akan memprioritaskan sektor padat karya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi seiring dengan pembukaan pembatasan sosial skala besar (PSBB). BNI menilai masa transisi menjadi kesempatan bagi perseroan untuk mempercepat pertumbuhan kredit pada kuartal III dan kuartal IV.
Nasabah bertransaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Bank Negara Indonesia (BNI) di Jakarta, Kamis (11/6). Bisnis/Nurul Hidayat
Nasabah bertransaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Bank Negara Indonesia (BNI) di Jakarta, Kamis (11/6). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memproyeksi pertumbuhan kredit pada tahun ini tidak terlalu tinggi, yakni akan berada pada kisaran 4 persen, akibat penyebaran virus corona yang melemahkan sendi perekonomian. 

Adapun, sebagai Bank BUMN, BNI juga mendapatkan penugasan untuk penempatan uang negara dengan menyalurkan kredit ke masyarakat.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Bank BNI akan melaksanakan ekspansi kredit pada sektor riil untuk korporasi, usaha menegah dan kecil serta consumer loan dalam 3 bulan ke depan senilai Rp15,04 triliun.

Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan perseroan akan memprioritaskan sektor padat karya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi seiring dengan pembukaan pembatasan sosial skala besar (PSBB). BNI menilai masa transisi menjadi kesempatan bagi perseroan untuk mempercepat pertumbuhan kredit pada kuartal III dan kuartal IV.

“Harapannya kita akan segera pulih kembali untuk bisa meraih kesempatan yang sudah ada, supaya pengusaha-pengusaha tidak menunggu,” katanya, Rabu (1/7/2020).

Herry menegaskan seiring dengan upaya menggenjot pertumbuhan kredit, perseroan juga akan tetap mempertimbangkan kualitas kredit. Kebijakan restrukturisasi dan penyaluran pembiayaan yang terkontrol menjadi langkah BNI untuk menjaga kualitas kredit.

Hingga Mei 2020, Herry menilai rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BNI masih di bawah 3% dengan nilai Rp12 triliun.

Sementara itu, risiko kredit atau loan at risk (LaR) di luar relaksasi mencapai 10%. Meski tidak menyebutkan secara pasti komposisi LaR restrukturisasi dan di luar restrukturisasi, Herry menjamin rasio kredit lebih banyak pada posisi performing loan.

“Saya tidak begitu hafal 2 koma berapa, masih di bawah 3% [NPL],” sebutnya.

Menurutnya, adanya sistem digitalisasi akan mempermudah penilaian kredit. Nasabah-nasabah UMKM nantinya tidak hanya akan dkberikan pinjaman tetapi juga pendampingan untuk menjaga risiko kredit.

Terlebih, pemerintah telah menyiapkan eksostem penjaminan kredit UMKM melalui Jamkrindo dan Askrindo sehingga akan memberikan kepercayaan diri bagi bank untuk menyalurkan kredit di sektor tersebut.

“Pemerintah sudah siapkan semua sistemnya, jadi pemerintah sudah keluarkan ekosistem untuk bantu bank lebih confindence membantu UMKM karena potensi UMKM hampir 50 juta lebih,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper