Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indikator Stabilitas Rupiah 29 Juni-2 Juli, Outflow Asing Tembus Rp7,8 Triliun

Premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia 5 tahun turun ke 121,68 bps per 2 Juli 2020, tetapi nilai tukar rupiah masih bergerak di zona merah. Outflow dana asing mencapai Rp7,81 pada periode 28 Juni-2 Juli.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia merilis data terbaru mengenai perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah dalam rangka mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19.

Dalam laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Rupiah yang dirilis pada Jumat (3/7/2020), Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah pada pagi ini dibuka dengan berada pada posisi yang sama ketika ditutup pada Kamis (2/7/2020), yaitu sebesar Rp14.305 per dolar AS.

Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun pada Kamis (2/7/2020) tercatat naik ke level 7,20 persen. Sementara itu, pada Jumat (3/7/2020) imbal hasil SBN turun tipis ke level 7,19 persen.

Sementara itu, imbal hasil US Treasury Note dengan tenor 10 tahun tercatat naik ke level 0,669 persen pada Kamis (2/7/2020).

Untuk indikator aliran modal asing, premi Credit Default Swaps (CDS) Indonesia 5 tahun turun ke 121,68 bps per 2 Juli 2020 dari 131,47 bps per 26 Juni 2020.

Berdasarkan data transaksi 29 Juni – 2 Juli 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp7,81 triliun, dengan jual neto di pasar SBN sebesar Rp6,13 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp1,68 triliun.

Lebih lanjut, berdasarkan data setelmen selama 2020 (year to date/ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp144,22 triliun.

Adapun, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan dalam tiga hari terakhir, nilai tukar rupiah melemah di tengah kondisi global yang relatif stabil.

Dody pun menyampaikan, nilai tukar rupiah menjadi salah satu mata uang yang terpuruk di skala regional.

"Pemicunya karena masalah domestik, banyaknya isu yang bermunculan dalam beberapa hari terakhir, misalnya akan ada gelombang kedua pandemi Covid-19, termasuk juga isu DPR terkait burden sharing, dan isu lainnya," katanya dalam webinar, Jumat (3/7/2020).

Dody pun mengatakan aliran portfolio asing ke SBN mulai masuk dalam beberapa hari terakhir. Namun kondisi ini bisa berbalik jika kepercayaan investor asing menurun. BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran 14.000-14.600 di akhir tahun 2020.

Menurut Dody, nilai tukar rupiah memang masih masih undervalue, namun dengan inflasi dan CAD yang diperkirakan rendah, maka nilai tukar rupiah akan kembali menguat di akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper