Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Lebih Rendah Diperlukan untuk Gerakkan Roda Ekonomi

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 diperkirakan minus 5,1% dibandingkan periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy) atau direvisi dari pertumbuhan minus 1% (yoy) pada prediksi sebelumnya.
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMN Niaga) Adrian Panggabean (kiri) bersama Head of Marketing Brand and Communications Slamet Sudijono, saat diskusi ekonomi , Jakarta , Senin (17/7)./JIBI-Endang Muchtar
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMN Niaga) Adrian Panggabean (kiri) bersama Head of Marketing Brand and Communications Slamet Sudijono, saat diskusi ekonomi , Jakarta , Senin (17/7)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sangat rendah tahun ini membutuhkan suku bunga yang lebih rendah untuk kembali menghidupkan mesin ekonomi.

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 diperkirakan minus 5,1% dibandingkan periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy) atau direvisi dari pertumbuhan minus 1% (yoy) pada prediksi sebelumnya.

Dengan proyeksi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi selama 2020 secara keseluruhan juga direvisi dari tumbuh 1,8% (yoy) menjadi 0,1% (yoy). Dari proyeksi tersebut, penurunan suku bunga diharapkan akan menggerakkan aktivitas ekonomi.

Adrian memperkirakan suku bunga Bank Indonesia 7-days reverse repo rate (BI-7DRR) diperkirakan sebesar 4,0% pada akhir 2020. Proyeksi ini lebih rendah dari prediksinya sebelumnya yaitu 4,25%. Pada level 4,0%, maka suku bunga 7DRR masih lebih tinggi sebanyak 375 bps dibandingkan dengan suku bunga acuan Federal Reserve.

"Sinyal dari BI yang menunjukkan masih ada ruang untuk penurunan suku bunga acuan 7DRR adalah hasil lelang reverse repo tenor 12 bulan yang kembali turun ke level 4,34% pada akhir bulan Juni lalu dari sebelumnya di 4,59%," kata Adrian dalam Economics Note PT Bank CIMB Niaga Tbk., yang dikutip Bisnis, Jumat (3/7/2020).

Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan serangkaian kebijakan moneter seperti menurunkan giro wajib minimum perbankan, melakukan operasi moneter yang agresif untuk menambah likuiditas, melakukan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder dan primer dan berkoordinasi dengan pemerintah untuk meringankan beban pembiayaan stimulus fiskal.

Bank Indonesia telah melakukan injeksi likuiditas sekitar Rp615 triliun (setara USD 42 miliar) sejak awal tahun hingga Juni.

"Kemungkinan BI akan kembali menambah pembelian obligasi pemerintah antara Rp500-600 triliun (setara US$35-40 miliar) setelah tercapai kesepakatan dengan Menteri Keuangan mengenai pembagian biaya stimulus penanganan pandemi Covid-19," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper