Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembahasan Berlanjut, Ini Skenario Penyelamatan Bank Banten (BEKS)

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan opsi penyelamatan Bank Banten melalui penyertaan modal dan merger masih akan dibicarakan.
Gedung Bank Banten/bankbanten.co.id
Gedung Bank Banten/bankbanten.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah mengalami rugi sejak pertama kali berdiri sebagai bank pembangunan daerah, Bank Banten kini memiliki sejumlah skenario rencana penyelamatan.

Pada 2016, PT Pembangunan Daerah Bank Banten Tbk. (BEKS) membukukan rugi senilai Rp414,940 miliar. Satu tahun kemudian, jumlah kerugian bisa ditekan menjadi Rp76,22 miliar. Namun, pada akhir 2018, jumlah kerugian kembali meningkat menjadi Rp94,960 miliar.

Pada posisi akhir 2019, nilai kerugian Bank Banten adalah Rp143,865 miliar. Teranyar, Bank Banten membukukan kerugian senilai Rp31,866 miliar pada kuartal I/2020 atau menurun 42,9% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan opsi penyelamatan Bank Banten melalui penyertaan modal dan merger masih akan dibicarakan. Pada Sabtu (11/7/2020), pihaknya akan menyampaikan pendapat di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banten mengenai opsi penyelamatan Bank Banten.

"Kita lagi proses ke dewan kalau sudah proses dewan baru kita sampaikan, besok sabtu saya menyampaikan pendapat ke dewan, sekarang masih sensitif," katanya kepada Bisnis, Jumat (10/7/2020).

Soal penyertaan modal Rp1,5 triliun, Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKAD) Provinsi Banten Rina Dewiyanti mengatakan dana tersebut berasal dari dana kas daerah yang masih tertahan di Bank Banten. Konversi dana kas daerah sebagai penyertaan modal akan diakomodir dalam perubahan APBD 2020.

Sesuai rencana awal, mekanisme penyertaan modal, akan dilakukan melalui konversi dana yang tertahan sebagai penambahan penyertaan modal ke PT Banten Global Development (BGD) untuk Bank Banten.

"Rencana konversi kas daerah menjadi tambahan penyertaan modal senilai Rp1,5 triliun itu masih dalam proses pembahasan Program Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Provinsi," katanya

Menurutnya, merger pun masih menjadi salah satu upaya penyehatan Bank Banten. Namun, keputusan untuk melakukan merger masih bergantung dengan dinamika keputusan penyelematan bersama OJK, Pemprov Banten, dan DPRD.

"Soal merger dan tidaknya tergantung kondisi Bank Banten karena banyak skema yang bisa menjadi alternatif, saya tidak mempunyai kapasitas untuk menyatakan pola apa yang akan ditentukan selanjutnya," katanya.

Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani menilai konversi kas daerah yang tertahan di Bank Banten menjadi penyertaan modal merupakan upaya untuk menjaga kepemilikan saham. Pasalnya, konversi tersebut hanya memindahkan kas daerah sebagai debit ke permodalan yang merupakan liabilitas.

Dengan konversi tersebut, modal Bank Banten akan menjadi lebih besar, hanya saja uang kas menjadi berkurang. "Kalau memindahkan dana saja, mungkin ini ada kaitannya dengan kepemilikan supaya tidak terjadi delusi," katanya.

Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan ada tiga skenario yang dilakukan untuk menyelamatkan Bank Banten. Pertama, berharap dapat kucuran dan penempatan dana dari pemerintah, seperti rencana pemerintah melakukan penempatan dana kepada BPD atau yang sudah dilakukan kepada Bank BUMN.

Kedua, rencana pemda Banten untuk menyuntikkan modal. Alternatif ini bisa menjadi solusi yang paling minim risiko. Pasalnya, kewajiban setoran dividen baru akan diminta ketika Bank sudah bisa beroperasi dengan baik dan mendapatkan laba yang cukup.

Ketiga, melakukan merger dengan Bank BJB. Skenario ini menjadi yang paling ideal karena, selain berbagi risiko, merger akan memberikan perbaikan di tubuh Bank Banten dari berbagai sisi.

"Namun demikian skenario mana pun yang akan ditempuh, pada akhirnya yang harusnya dipikirkan oleh Manajemen Bank Banten dan seluruh stakeholder adalah bagaimana menyelamatkan Bank Banten," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper