Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Dipangkas Jadi 4 Persen, Adakah Ruang Penurunan ke 3 Persen?

Menurut Gubernur BI, ruang penurunan suku bunga acuan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perkembangan inflasi dari bulan ke bulan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (29/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk kembali memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini konsisten dengan inflasi yang tetap rendah, sekaligus sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Sebagai gambaran, tingkat suku bunga acuan tersebut merupakan yang terendah sepanjang sejarah Indonesia. Bisakah Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan hingga menyentuh level 3 persen?

Perry menyampaikan, ruang penurunan suku bunga acuan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perkembangan inflasi dari bulan ke bulan. Untuk saat ini, inflasi diperkirakan masih akan berada pada level yang rendah sejalan dengan permintaan masyarakat yang belum pulih.

Bank Indonesia akan terus mencermati pola pemulihan ekonomi dan dampak dari penurunan suku bunga ke inflasi.

"Kalau ada tanda-tanda peningkatan inflasi, BI tidak segan-segan menempuh kebijakan di sisi moneter," katanya saat konferensi pers secara virtual, Kamis (16/7/2020).

Meski demikian, Perry menyampaikan, dampak dari ekspansi kebijakan moneter membutuhkan waktu atau lag yang lebih lama ke ke pergerakan ekonomi.

Menurutnya, untuk mempercepat pemulihan ekonomi, jauh lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu dari sisi pendanaan dan penyediaan likuiditas di pasar.

Hingga 14 Juli 2020, BI telah melakukan quantitative easing (QE) di perbankan sebesar Rp633,24 triliun, termasuk untuk penurunan giro wajib minimum (GWM) dan operasi moneter.

"BI sudah QE dan saat ini diperkuat dengan sinergi dengan pemerintah. Di situ jalur kuantitas akan jauh lebih efektif memulihkan ekonomi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper